Lontong Orari Banjar, Laris karena Ukurannya Dua Kali Lipat dan Cita Rasa Tradisional
Lontongnya dikenal karena porsinya yang besar, ukuran lontongnya hampir dua kali lipat ukuran lontong Banjar pada umumnya.
Editor: Mohamad Yoenus
Apalagi waktu beroperasinya lama, yaitu dari pagi hingga dini hari. Tepatnya dari pukul 10.00 Wita hingga 03.00 Wita.
Suasana warung Orari Jalan Simpang Sungai Mesa (Kabel) nomor 12 RT 18, Kelurahan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Di saat bulan puasa seperti ini, rumah makan ini ramai dikunjungi tamu saat malam.
Dulu, rumah makan ini beroperasi 24 jam, namun sejak dua tahun lalu tidak lagi karena keterbatasan tenaga karyawannya.
Walau begitu, pemiliknya, Sofia, tetap membukanya hingga dini hari karena pengunjungnya selalu ramai hingga menjelang Subuh.
Rumah makannya ini dulu hanya berupa warung kecil saat didirikan pada 1983.
Lokasinya pun tidak di tempat yang sekarang, tetapi di dekat jalan masuk ke Jalan Simpang Sungai Mesa ini.
Sementara lokasi yang sekarang adalah rumah orangtuanya yang posisinya agak masuk sedikit dari mulut jalan.
Waktu itu penjualnya adalah ibunya dan sekarang karena sang ibu sudah tua tak sanggup lagi berjualan, maka dia yang meneruskan usaha ini.
"Dulu nggak ada namanya warung ini. Orang-orang sering bilang warung lontong mak haji karena ibu saya kan sudah haji. Nama Lontong Orari itu yang memberikan adalah para tamu dan warga di sini," ujarnya.
Warung Orari Jalan Simpang Sungai Mesa (Kabel) nomor 12 RT 18, Kelurahan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)
Dulu, di warung lontongnya ini pada awal didirikan, sering menjadi tempat kongkow para anggota komunitas pecinta alat komunikasi orari.
Sambil makan lontongnya dan mengobrol, tempat ini hampir tiap hari dijadikan markas komunitas ini.
Bahkan, saat warungnya sudah tutup mereka ini tetap mencari lontong tersebut ke rumahnya yang tak jauh dari warungnya.
Karena kasihan dan saking besarnya animo warga yang ingin menikmati kelezatan lontong buatan ibunya, maka dibuka juga rumah makan di rumah orangtuanya ini.
Makannya pun lesehan dan hingga sekarang juga masih demikian.