Belajar Sejarah pada Peringatan 100 Tahun Museum Aceh: Kobarkan Nasionalisme
Sebuah frame sengaja dikosongkan agar pengunjung bisa berfota ria dan menempatkan wajahnya diapit oleh para pejuang kemerdekaan.
Editor: Malvyandie Haryadi
Tak lama usai eforia tersebut tentara sekutu datang untuk mengultimatum rakyat agar mengembalikan sejata rampasan di Surabaya sekaligus melucuti senjata tentara Jepang di Jakarta.
Keadaan memaksa pemerintah memindahkan pusat ibukota ke Yogyakarta.
Perundingan Linggarjati tidak menyurutkan nafsu Belanda dalam melancarakan agresi militer I dan II ke seluruh wilayah RI.
Hal itu memaksa TNI mundur sambil melakukan taktik bumi hangus.
Agresi militer Belanda mendapat reaksi keras dari dunia internasional yang akhirnya melahirkan perundingan Renville.
Di tengah situasi genting itu, rakyat Aceh menyumbangkan dana untuk pembelian pesawat Dakota G-47 yang diberi nama Seulawah RI 001.
Termasuk segera menghidupkan kembali Radio Rimba Raya.
Di tengah situasi kritis itu rakyat Aceh menunjukkan loyalitas dan totalitas sebagai patriot bangsa sekaligus mewakafkan diri sebagai mujahid dalam perang fi sabilllah.
Agresi militer Belanda II tak mencapai target lantaran sebelum ditawan Soekerno sudah memberikan mandat kepada Mr Syafruddin Prawira Negara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat.
Panglima besar Soedirman memberikan instruksi kepada TNI untuk mengempur Belanda di Yogyakarta pada 1 Maret 1949.
Berita kemenangan TNI itu diketahui dunia internasional dan membuat Dewan Keamanan PBB mendesak mengadakan perundingan yang dikenal dengan nama Perundingan Roem-Royen.
Perundingan itu melahirkan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan penting yaitu, diakuinya kedaulatan pemerintah RIS oleh Belanda pada 27 Desember 1989.
Selanjutnya pada 25 Agustus 1950 parlemen dan senat RIS mengesahkan UUDS NKRI dan melantik Soekarno dan Mohamad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden RI.
Demikianlah. Bangsa ini sudah melalui babak-babak perjuangan sebelum menjelma seperti sekarang.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Mengunjungi museum ibarat menghidupkan kembali nyala nasionalisme.