Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cara Sederhana Nelayan Wakatobi Mendeteksi Keberadaan Ribuan Ikan dari Perilaku Lumba-lumba

Ini cara sederhana nelayan Bajo di Wakatobi mendeteksi keberadaan ribuan ikan siap tangkap di laut dari melihat perilaku lumba-lumba.

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Cara Sederhana Nelayan Wakatobi Mendeteksi Keberadaan Ribuan Ikan dari Perilaku Lumba-lumba
Kompas/ Sri Rejeki
Rumah-rumah panggung di pesisir pantai khas kediaman orang Bajo. 

TRIBUNNEWS.COM - Pagi hari di Wakatobi, ketika fajar perlahan ”melencer” dari ufuknya, sekawanan lumba-lumba mulai berangkat beriringan mencari makan.

Kepergian mereka dikuntit ketat segerombolan tuna dan cakalang. Nelayan pun bersuka ria membuntutinya.

Lumba-lumba akrab dengan kehidupan suku Bajo, nelayan andal yang tinggal di Kepulauan Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Bagi orang Bajo, lumba-lumba atau lummu dalam bahasa mereka, adalah sumber penghidupan, ada nilai ekonominya. ”Kalau kita melihat lumba-lumba, berarti kita dekat dengan rezeki,” kata Derbi (32), nelayan Bajo yang kini menjadi pegawai kantor desa.

Ini karena lumba-lumba akan makan ikan-ikan kecil yang juga menjadi makanan bagi tuna dan cakalang, dua jenis ikan yang diburu para nelayan. Lummu punya kebiasaan mencari ikan pada pagi hari.


Kuliner laut khas Wakatobi.

Biasanya mereka akan muncul di area-area tertentu, salah satunya di perairan Pulau Kapota, seperti yang saya kunjungi tempo hari bersama rombongan wartawan, blogger, dan tur wisata atas undangan British Council dan Bank Mandiri.

Kami tiba di area munculnya lummu setelah 30 menit menumpang body atau kapal bermotor dari Pulau Wangi-wangi, tempat kami menginap. Pulau Wangi-wangi adalah satu dari empat pulau utama di Kabupaten Wakatobi.

Berita Rekomendasi

Mentari belum lagi terbit ketika kami bertolak dari dermaga Sombu.

Sebagian rombongan berangkat dari Pelabuhan Mola di Desa Mola Utara. Lummu bisa muncul pagi-pagi sekali. Namun, kali itu, kami harus bersabar lebih lama karena mereka baru muncul menjelang pukul 07.30.

Jeritan heboh seperti anak-anak yang kegirangan berhamburan dari mulut para penumpang kapal yang sebelumnya hampir putus harapan menanti kemunculan si lumba-lumba.

”Whooaa, itu, itu,” teriak para penumpang sambil menunjuk sosok hitam bersirip khas yang berloncatan kecil di permukaan laut.

Sekawanan lumba-lumba muncul bergantian di kanan dan kiri. Ada yang berhidung botol atau berkulit abu-abu dengan bintik-bintik putih.

Gerak mereka seirama dengan gelombang. Warna air laut yang biru gelap membuat mata harus awas mengawasi kemunculan lummu.

Nelayan pun sigap mengikuti ke mana lummu bergerak. Benar-benar cekatan. Kaki mereka menggantikan tangan untuk mengendalikan kemudi perahu, sementara tangan mengatur arah terbang layang-layang.

Halaman
123
Sumber: KOMPAS
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas