Sate Lazimnya Ditusuk Pake Stik Bambu, Yang ini Pakai Jeruji Sepeda, Sate Klathak Namanya
Sate, lazimnya ditusuk pakai stik bambu, tapi Sate Klathak khas Bantul ini ditusuk pakai jeruji sepeda kayuh. Uulalaa!
Editor: Agung Budi Santoso
Dengan dipanggang menggunakan besi bisa menghantarkan panas ke dalam daging, sehingga dagingnya bisa matang sempurna.
Satu porsi sate klathak disajikan bersama nasi dan kuah gulai.
Jika anda menginginkan cita rasa pedas, tinggal menggigit cabai rawit yang disediakan di atas meja makan.
Sate Klathak khas Bantul. Dari daging kambing muda. Ditusuk pakai jeruji sepeda kayuh.
Biasanya, secangkir teh nasgitel (panas,legi, kentel) dengan gula batu, akan menjadi pelengkap menikmati lezatnya sate ini.
Dikatakan Nafik, salah satu karyawan Sate Pak Pong, selain sate klathak tempat makan tersebut juga menyediakan beragam menu lain seperti Sate bumbu, tongseng daging, tonseng kepala, tonseng otak, tengkleng, dan kicik.
"Setiap harinya kami buka dari jam 10 pagi hingga 12 malam," ujarnya Nafik. Soal harga, sate klatak Pak Pong ini, dibanderol 19 ribu rupiah.
Jika dengan nasi putih dan minum Anda hanya tinggal menambahkan 6 ribu lagi. Jadi dengan 25 ribu rupiah, Anda bisa makan dengan nikmat dan puas di sate klatak Pak Pong.
Selain Pak Pong, di wilayah jalan Imogiri Timur terdapat puluhan penjual sate.
Dari penelusuran Tribun Jogja, sedikitnya ada sekitar tiga puluh penjual sate klatak di jalan menuju kompleks makam Raja-raja Mataram Imogiri ini.
sebut saja sate klatak Pak Jito, Bu Jazim, Pak Nyong, Pak Bari dan masih banyak lainnya.
Warung-warung sate ini sebagian buka sedari pagi hingga tengah malam, sebagian lagi memilih buka selepas beduk adzan magrib.