Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Cosmas Batubara: Nasionalis Sejati Harus Berpihak Pada Rakyat

Dalam rangka menyambut Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-105 tahun yang digelar oleh Yayasan Karya

Editor: Widiyabuana Slay
zoom-in Cosmas Batubara: Nasionalis Sejati Harus Berpihak Pada Rakyat
IST
Cosmas Batubara 

TRIBUNNEWS.COM  - Dalam rangka menyambut Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-105 tahun yang digelar oleh Yayasan Karya Enam-Enam (YAKE) pada Sabtu (18/5/2013), di Gedong Joang 45 Jakarta Pusat. Tokoh Angkatan 1966, DR Cosmas Batubara, dalam pemaparan evaluasi kebangsaan Indonesia pada dialog silaturahmi “Sang Nasionalis 2014” menegaskan, bahwa formulasi nasionalis sejati haruslah berpihak pada rakyat.

Prasyarat yang mencakup keterbukaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi usaha kecil dan menengah, serta konsistensinya demi kemajuan bangsa dan negara dari pengaruh kekuatan politik, ekonomi dan budaya asing. Menurut mantan Menteri Perumahan Rakyat dan Menteri Tenaga Kerja di era pemerintahan Presiden Soeharto, “Itulah antara lain formulasi untuk sang nasionalis 2014”.

Tutur Cosmas lagi, “Kita tidak boleh terjebak oleh alur pemikiran atau pendapat yang liberal dan fragmatis ditengah arus globalisasi, yang jika tidak terjaga dengan baik akan bisa meluluhlantakkan jati diri nasionalisme bangsa Indonesia”. Ketua Presidium KAMI Pusat di tahun 1966 itu juga berpesan, agar jangan mudah dan cepat untuk kita mengambil suatu kesimpulan terhadap seseorang untuk bisa menjadi presiden, sebelum keberpihakan kepada rakyat hal keberhasilannya sudah mengedepankan bukti nyata yang bisa dirasakan oleh rakyat.

Cosmas memberi contoh seperti seorang Walikota Seoul, Lee Myeong Bak, yang sikapnya konsisten untuk memperhatikan rakyatnya dengan membuktikan dengan kinerjanya, “Maka Lee yang pada 2002 menjadi Walikota Seoul itu kemudian diakhir 2007, rakyat memilihnya menjadi Presiden Korea Selatan”.      

Presiden Lee Myeong Bak, kata mantan Presiden ILO tahun 1991 ini, telah terbukti membawa negara dan bangsanya sebagai salah satu raksasa perkonomian di Asia. Selama Lee menjadi presiden, banyak kebijakan yang dihasilkan diberbagai bidang, salah satunya di bidang pendidikan. “Lee rupanya ingin rakyat Korea Selatan, terutama pelajar, makin fasih berbahasa Inggris dengan memberlakukan pemakaian bahasa Inggris saat pelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah pertama dan atas”.

Artinya, ujar Cosmas, “Menjadi pemimpin yang sukses tidak dilihat dari latar belakang, tetapi memiliki sikap yang benar dan mau bekerja keras. Meskipun begitu ada pelajaran yang bisa kita petik, yaitu ketika kita berusaha dan ada campur tangan Tuhan di dalamnya, maka semua tidak ada yang mustahil. Termasuk harapan kita, khususnya harapan dari YAKE Angkatan 1966, sang nasionalis di tahun 2014 nanti tidak mustahil akan muncul karena terpilih langsung oleh rakyat kita”.

Forum dialog silaturahmi berlangsung kritis dan dinamis, dengan dipandu oleh moderator President of Indonesia Development Group, DR. RDK Errianto MBA. Adapun ketidakhadiran narasumber yang dijadwalkan semula seperti Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk membawa subtema “Tuan Rumah Sendiri dalam Ekonomi” dan DR. Akbar Tandjung dengan subtema “Berdaulat dalam Politik”, rupanya tidak lagi mengecewakan audien.

Berita Rekomendasi

“Pasalnya sudah terwakili dengan tampilnya Dosen FE Universitas Trisakti, Chaerulhadi M Aniek MBA menggantikan Dahlan Iskan yang memberi konfirmasi pun tidak. Dan Wakil Sekjen DPP Syariat Islam, Muhamad Nur Lapong SH menggantikan Akbar Tandjung yang mendadak berangkat ke daerah. Termasuk ketidakhadiran Ketua DHN 45, Mayjend Marinir TNI (Purn) Soeharto, yang digantikan dengan Marsekal Madya TNI (Purn), Budhy Santoso. Bagi kami tidak soal. Momen ini juga test case apakah rasa nasionalisme masih melekat pada narasumber yang absen, terutama Dahlan Iskan yang citranya luar biasa, tapi melecehkan momen ini” ungkap Ketua Panitia Harkitnas Ke-105 YAKE, Teddy Syamsuri, saat diminta penjelasan atas ketidakhadiran beberapa narasumber.
 

Yasri Pasha,

Kahumas Panitia Harkitnas Ke-105 Yayasan Karya Enam-Enam (YAKE)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas