Saya Terkesan Misa Natal di Katedral dan Vatikan, Tapi Iman Sebagai Muslim Tak Terkikis
Saya terkesan dengan penyelenggaraan misa Natal di Gereja Katedral Jakarta maupun Vatikan. Tapi, iman saya sebagai muslim tak terkikis.
Editor: Agung Budi Santoso
Sekejap saya membayangkan, jika saja mesjid dikembalikan pada jejak awal masa Rasulullah SAW sebagai pusat ibadah, sentra ekonomi atau sentrum budaya, bukan hanya tempat singgah musafir atau tempat tidur, mandi dan buang air.
Muslim Masuk Gereja, Why Not?
Jadi, bagi yang belum pernah masuk ke dalam gereja, janganlah mudah menuduh ada penyimpangan akidah.
Para mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang dikabarkan ikut masuk gereja, mengikuti misa Natal, hanya konstruksi media saja.
Mereka adalah mahasiswa S-2 Konsentrasi Studi Agama dan Resolusi Konflik, Program Studi Agama dan Filsafat pada Fakultas Ushuluddin.
Para mahasiswa itu mengunjungi gereja untuk tugas Mata Kuliah Al-Qur’an dan Perbandingan Kitab Suci agama-agama.
Mereka ke gereja bukan untuk membandingkan keimanan mereka.
Sebab (ini penting) keimanan atau keyakinan bukan untuk dibandingkan.
Sesungguhnya mereka ke gereja itu sedang membangun ‘jembatan’ agar potensi kekerasan umat beragama yang bersumber dari teks suci keagamaan dapat didialogkan, bukan dibenturkan.
Cita-cita Islam yang mengajarkan perdamaian dan ajaran Kristen/Katolik tentang kasih harusnya lebih dieratkan dengan saling kunjung mengunjungi seperti itu.
Sesekali silahkan sahabat saya umat Kristiani ikuti khutbah Idul Fitri atau Idul Adha di lapangan atau di mesjid sambil merasakan gemuruh dan gema takbir yang kadang terdengar malu-malu untuk keluar dari bibir jama’ah… Hehehe…
Fanatik pada keimanan dan keyakinan itu harus, tapi memahami (bukan mengikuti) keyakinan orang lain juga penting. ( Sumber: Islampopuler.com )
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.