Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Nyepi dan Fenomena Alam Sebuah Refleksi
Bertepatan dengan Tahun Baru Waisaka (1 Saka 1938), umat Hindu di seluruh Indonesia akan merayakan Hari Raya Nyepi pada Pada 9 Maret 2016.
Ditulis oleh : Dr Wayan Suparta
TRIBUNNERS - Bertepatan dengan Tahun Baru Waisaka (1 Saka 1938), umat Hindu di seluruh Indonesia akan merayakan Hari Raya Nyepi pada Pada 9 Maret 2016.
Kehadiran tahun Baru Saka dirayakan dengan berpuasa, melakukan tapa brata penyepian mulai jam 6.00 pagi hingga keesokan harinya (24 jam).
Hari Raya Nyepi kali ini juga tergolong istimewa karena bertepatan dengan terjadinya satu fenomena alam yang luar biasa iaitu gerhana matahari total.
Gerhana matahari ini terhadi pada pukul 06.20 WIB, dan berlangsung selama 5-6 menit.
Yogyakarta dan daerah sekitarnya akan mengalami gerhana matahari sebagian, dimana matahari tertutup bulan dalam 80%-85%.
Dua peristiwa penting ini memberi dorongan bagaimana manusia melihat perjalanan alam semesta dan sekaligus menafsirkan kewujudannya terhadap keagungan Sang Pencipta.
Secara umum dalam perspektif Hindu Nusantara, prosesi Hari Raya Nyepi dapat dikategorikan menjadi empat rangkaian dasar (sederhana), yaitu upacara melasti, upacara tawur agung kesanga, brata penyepian dan ngembak geni (dharma santi).
Ritual melasti adalah mendapatkan air suci dari laut untuk membersihkan diri dari berbagai kotoran duniawi (bhuana alit) dan kotoran tersebut dibuang ke laut dengan cara mempersembahkan beberapa hewan atau hasil alam (labuhan).
Untuk tahun 2016 ini, melasti telah dilakukan di Pantai Ngobaran, Gunung Kidul (28 Februari 2016) dan Pantai Parangkusuma, Bantul (6 Maret 2016).
Sementara upacara tawur kesanga (pangrupukan), dilakukan sehari sebelum brata penyepian dengan tujuan mengharmonikan cinta kasih manusia dengan alam (bhuana agung) dan manusia dengan Tuhannya.
Untuk daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, upacara ini dipusatkan di pelataran Candi Prambanan pada 8 Maret 2016 mulai jam 8.00 pagi.
Dalam upacara ini, ogoh-ogoh sebagai simbol atau manifestasi perwatakan negatif (bhuta kala) akan dibakar setelah diarak keliling desa atau kota.
Pembakaran ini bermaksud menghilangkan enam musuh dalam diri manusia (sadripu), yaitu nafsu (kama), tamak (lobha), emosional (krodha), kebingunan (moha), mabuk (mada), dan iri hati (matsarya).