Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mungkinkah Pemeriksaan DNA untuk Menelusuri Jejak PKI pada Seseorang?
Test DNA semakin familiar di telinga orang Indonesia terutama ketika kasus Bom JW Marriot, serta kasus perburuan teroris Noordin M Top.
Editor: Dewi Agustina
Pada kasus pemerkosaan misalnya, DNA pada sampel di TKP dapat dicocokkan dengan DNA suspect/tersangka yang ada.
Sampel test DNA sendiri bisa diambil dari hampir seluruh tubuh, meskipun yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi bagian dalam dan kuku.
Darah biasanya yang paling sering digunakan karena mudah, tapi setelah diambil darah harus dipisahkan karena sel darah merah tidak memiliki inti sel jadi tidak punya kandungan DNA.
Tahapan test DNA pertama melalui isolasi DNA. DNA dari sampel manusia diambil menggunakan beberapa metode.
Setelah DNA didapatkan kemudian diamplifikasi/diperbanyak dengan metode PCR, hasil amplifikasi ini dapat divisualisasimenggunakan elektroforesis untuk melihat pola pitanya dan selanjutnya dibandingkan dan dianalisa sesuai dengan tujuan pengujiannya.
Di Indonesia tempat test DNA sudah sering dilakukan di Lembaga Molekular Eijkmen dan Lab DNA Pusdokkes Polri.
Kembali menjawab pertanyaan awal, apakah test DNA bisa mendeteksi bahwa Presiden Jokowi adalah PKI?
Jawabannya ya sama sekali ga nyambung dan mustahil.
Karena selama ini saya belum menemukan gen yang bertanggungjawab atas ideologi seseorang.
Tapi jika pertanyaannya apakah test DNA dapat memastikan keturunan, jawabannya iya.
Tapi kok rasa-rasanya isu ini juga dapat dijawab lewat pendekatan Molekular bahwa ideologi tidak dapat diturunkan, ideologi harus ditransfer melalui doktrin, ajaran, pendidikan dan lingkungan melalui media buku, film atau bahkan obrolan.
Terlepas dari tuduhan kepada Presiden Jokowi. Saya melihat bahwa banyak tokoh dan aktifis PKI di Indonesia tidak serta merta menjadikan keturunannya adalah PKI dan berpaham komunis juga.
Politik memang bukan bidang saya, saya membatasi diri untuk tidak merasa tahu banyak tentang bidang lain ini dan lebih suka mendengarkan isu-isu politik pada orang yang paham dan bergelut di bidang ini.
Kita seharusnya tahu kompetensi diri kita pada bidang apa.
Mulailah bersuara pada bidang kita sendiri dan mendengar orang lain berbicara pada bidang dan pengetahuannya yang lain.
Supaya tidak mudah ditipu atau diprovokasi.
Penulis: Yudhi Nugraha
Wakil Ketua Nahdlatul Ulama Jepang
Mahasiswa Doktor di Nara Institute of Science Technology Jepang