Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Membedah Anatomi Bunuh Diri: Motivasi dan Cara Pencegahan
Syahdan di pagi yang kudus, minggu 13 Mei 2018 terjadi peledakan di Surabaya di gerbang gereja Santa Maria Tak Bercela.
Editor: Malvyandie Haryadi
Rata-rata 32,7 dari 100.000 penduduknya melakukan bunuh diri. Guyana, negara yang terletak di Timur Laut Amerika Selatan menempati peringkat ketiga, negara dengan bunuh diri terbesar.
Rata-rata 29 dari 100.000 penduduknya, melakukan bunuh diri di tahun 2017. Mayoritas pelakunya tinggal di daerah pedesaan.
Mereka bunuh diri akibat depresi dari kemiskinan, kecanduan alkohol dan berbagai macam pelecehan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.
Secara mengejutkan, Korea Selatan menempati urutan keempat. Negeri ginseng ini adalah salah satu negara dengan kemajuan teknologi tercanggih dan sistem pendidikan dan pelayanan terbaik di dunia.
Rata-rata 28,3 dari 100.000 penduduknya melakukan bunuh diri tahun 2017.
Tanpa terduga, negara-negara yang beberapa tahun belakangan berjuang melawan teror, agresi militer serta perang saudara ternyata memiliki tingkat bunuh diri yang relatif rendah.
Afganistan, negara tempat bersemainya kelompok militan yang paling berbahaya hanya 5,5 dari 100.000 penduduk yang melakukan bunuh diri.
Irak yang sampai hari ini masih berkutat dengan perang antar faksi militer hanya 3 dari 100.000 penduduknya melakukan bunuh diri. Syria yang sampai saat ini menjadi palagan perang proxy negara adidaya hanya 2,7 dari 100.000 penduduknya melakukan bunuh diri (rangking 164).
Negara-negara Arab lainnya seperti UEA, Kuwait, Arab Saudi, Qatar termasuk Indonesia bahkan tidak termasuk negara yang memiliki tingkat bunuh diri yang mengkhawatirkan.
Indonesia masuk rangking 165 dimana terdapat 2,9 orang bunuh diri dari 100.000 penduduknya.
Bom Bunuh Diri
Berdasarkan data tersebut di atas, memahami bunuh diri hanya dalam satu perspektif tidaklah mencukupi. Terlalu banyak variabel yang berpengaruh mengapa seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan bunuh diri.
Memahami bom bunuh diri dari perspektif Durkheim, maka ia masuk dalam tipe bunuh diri altruis. Individu atau sekelompok orang melakukannya karena kuatnya integrasi dengan komunitas atau kepercayaan yang dianutnya.
Ia merasa depresi ketika kelompoknya, sistem nilai, kepercayaan atau keyakinannya mengalami guncangan.