Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Membedah Anatomi Bunuh Diri: Motivasi dan Cara Pencegahan
Syahdan di pagi yang kudus, minggu 13 Mei 2018 terjadi peledakan di Surabaya di gerbang gereja Santa Maria Tak Bercela.
Editor: Malvyandie Haryadi
Akibat langsungnya menimbulkan depresi yang dalam tahapan berikutnya jatuh kedalam perangkap apa yang disebut Freud sebagai melankolia.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang begitu tergantung dan terintegrasi dengan keyakinanya. Bisa melalui indoktrinasi, loyalitas berlebihan atau kecintaan tanpa batas.
Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas bahwa bunuh diri tidak identik dengan satu faktor; agama, negara, ideologi politik dan etnisitas.
Bunuh diri juga tidak melulu akibat dari pengangguran, kekejaman rezim atau perang saudara. Pun, bunuh diri tidak relevan dengan agama tertentu.
Ia sering terjadi di negara miskin dengan tingkat pengangguran tinggi (Bangladesh), tetapi juga terjadi di negara maju dengan angka pengangguran relatif rendah (Korea Selatan).
Karenanya, mengidentikkan bunuh diri dengan agama atau keyakinan tertentu, bukan hanya keliru tetapi juga ambisius dan menyesatkan.
Mencegah Bunuh Diri
Karena tidak terjadi oleh faktor tunggal, maka mencegah bunuh diri pun harus dengan berbagai cara.
Menciptakan pemerataan sosial, sistem hukum yang berkeadilan, sistem ekonomi yang inklusif serta sistem pemerintahan yang kuat dengan kepemimpinan yang tegas akan berpengaruh langsung terhadap frekuensi bunuh diri.
Yang tak kalah pentingnya adalah peran vital dari institusi keluarga yang menjadi fondasi utama sekaligus pusat sosialisasi sejak dini.
Segalanya bermula dari keluarga. Maka tepat sekali pepatah yang mengatakan bahwa keluarga adalah tiang negara. Keluarga yang sehat dan kuat akan memperkuat dan memperkokoh tiang negara. Keluarga yang rapuh, lemah dan agresif pelan tapi pasti akan menggerogoti negara. Bukan tidak mungkin akan membawa negara ke jurang kehancuran.
(Menara Thamrin, Jakarta, 16 Mei 2018)