Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Membedah Anatomi Bunuh Diri: Motivasi dan Cara Pencegahan

Syahdan di pagi yang kudus, minggu 13 Mei 2018 terjadi peledakan di Surabaya di gerbang gereja Santa Maria Tak Bercela.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Membedah Anatomi Bunuh Diri: Motivasi dan Cara Pencegahan
Surya/HABIBUR ROHMAN
PEMBERSIHAN - Petugas melakukan pembersihan diarea ledakan bom di pintu sisi selatan Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jl Ngagel Madya Nomor-1 Surabaya, Minggu (13/5/2018). Total korban ledakan ini mencapai 16 orang dan diantaranya meninggal dunia. Gereja Santa Maria Tak Bercela merupakan gereja pertama yang terjadi ledakan sebelum dua gereja lain di kawasan Jl Diponegoro dan Jl Arjuno SURYA/HABIBUR ROHMAN 

Akibat langsungnya menimbulkan depresi yang dalam tahapan berikutnya jatuh kedalam perangkap apa yang disebut Freud sebagai melankolia.

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang begitu tergantung dan terintegrasi dengan keyakinanya. Bisa melalui indoktrinasi, loyalitas berlebihan atau kecintaan tanpa batas.

Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas bahwa bunuh diri tidak identik dengan satu faktor; agama, negara, ideologi politik dan etnisitas.

Bunuh diri juga tidak melulu akibat dari pengangguran, kekejaman rezim atau perang saudara. Pun, bunuh diri tidak relevan dengan agama tertentu.

Ia sering terjadi di negara miskin dengan tingkat pengangguran tinggi (Bangladesh), tetapi juga terjadi di negara maju dengan angka pengangguran relatif rendah (Korea Selatan).

Karenanya, mengidentikkan bunuh diri dengan agama atau keyakinan tertentu, bukan hanya keliru tetapi juga ambisius dan menyesatkan.

Mencegah Bunuh Diri

Berita Rekomendasi

Karena tidak terjadi oleh faktor tunggal, maka mencegah bunuh diri pun harus dengan berbagai cara.

Menciptakan pemerataan sosial, sistem hukum yang berkeadilan, sistem ekonomi yang inklusif serta sistem pemerintahan yang kuat dengan kepemimpinan yang tegas akan berpengaruh langsung terhadap frekuensi bunuh diri.

Yang tak kalah pentingnya adalah peran vital dari institusi keluarga yang menjadi fondasi utama sekaligus pusat sosialisasi sejak dini.

Segalanya bermula dari keluarga. Maka tepat sekali pepatah yang mengatakan bahwa keluarga adalah tiang negara. Keluarga yang sehat dan kuat akan memperkuat dan memperkokoh tiang negara. Keluarga yang rapuh, lemah dan agresif pelan tapi pasti akan menggerogoti negara. Bukan tidak mungkin akan membawa negara ke jurang kehancuran.

(Menara Thamrin, Jakarta, 16 Mei 2018)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas