Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ambil Habib Salim Atau Deadlock
Pendaftaran pilpres tinggal empat hari lagi. Jika tidak diperpanjang, PKS makin percaya diri.
Dikirimkan oleh Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendaftaran pilpres tinggal empat hari lagi. Jika tidak diperpanjang, PKS makin percaya diri.
Setelah surut perjuangan untuk dapat jatah cawapres Prabowo, kini ada angin segar.
Ijtima' Ulama beri rekomendasi Habib Salim Segaf. Rekomendasi cawapres Ketua Dewan Syura PKS ini dapat dukungan ulama. Tepatnya, Ulama Ijtima' dibawah komando Habib Rizieq. Sesama habaib.
Baca: Baim Wong dan Paula Verhoeven Sudah Lakukan Pemotretan dengan Busana Pengantin
PKS kini tidak sendiri. Ada ulama dan umat di belakangnya. Pressure ke Prabowo makin kuat.
Lo mesti ambil gue. Gak ambil gue, loh tamat. Ditinggalkan ulama dan umat. Begitulah kira-kira semangatnya. Namanya aja kira-kira.
Prabowo mau ambil? Belum tentu. Masih ada Ustaz Abdussomad (UAS). UAS jadi jalan keluar bagi Prabowo untuk menghindari pressure PKS. Memilih UAS, Prabowo akomodir rekomendasi Ijtima' Ulama. Sebab, UAS juga direkomendasi Ijtima' Ulama sebagai cawapres. UAS mau?
Baca: Tidak Hanya Gili Trawangan, Evakuasi Juga Dilakukan di Masjid yang Roboh Akibat Gempa Lombok
Ada dua pendapat soal mau tidaknya UAS. Namanya juga politik. Tidak mau bisa ditafsirkan mau. Atau sebaliknya. Bergantung juru tafsir. Bergantung juga siapa pemain dan kepentingan di belakang juru tafsir itu.
Ada dua kelompok kekuatan yang sedang mengejar UAS. Pertama, kelompok yang ingin UAS mundur. Sehingga, hanya Habib Salim yang berpeluang menikmati hasil rekomendasi Ijtima. Kok menikmati? Salah ya? Perlu diperhalus, dapat amanah.
Kata ini yang mungkin lebih tepat. Tak ada pilihan bagi Prabowo kecuali mengambil Habib Salim Segaf sebagai cawapres. Itupun jika Prabowo konsisten terhadao janji politiknya saat pidato di acara pembukaan Ijtima. Dalam beberapa kali wawancara TV, Prabowo belum beri sinyal itu.
Baca: Ismail Heran, Air Sumurnya Menyala Saat Disulut Api
Kedua, kelompok yang ingin UAS maju. Kelompok ini menganggap UAS punya efek kejut. Bisa menambah suara Prabowo yang stagnan.
Dua kelompok ini terus bergerilya, bersaing dan adu kuat untuk mendapatkan empati dan simpati UAS. Kali ini, UAS yang kerepotan. Merasa dipressure. Berada diantara dua keinginan kelompok yang bersaing. Terima, dianggap ambisi dan bersaing dengan PKS. Apalagi sejumlah tokoh dari kelompok ini minta UAS segera buat pernyataan menolak. Kalau nolak rekomendasi, mengecewakan harapan kelompok yang ingin UAS maju.
Masing-masing kelompok klaim sudah dapat info dari UAS. UAS mau! Siap! Pasti terima! Kata kelompok yang ingin UAS maju. Meyakinkan. UAS nolak! Gak mau! Emoh! Kata kelompok yang ingin Habib Salim maju.
Masing-masing kelompok membangun dan mengembangkan argumentasinya. Logis atau tidak logis, itu nomor dua belas. Yang penting ada argumen. Kemas sedemikian rupa, agar meyakinkan. Lebih meyakinkan lagi jika ditambah kalimat, ini dari sumber A1. Semakin mantabs.