Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Refleksi Musik Indonesia di Negeri Paman Sam
Jika ada pertanyaan, siapakah musisi atau penyanyi Indonesia yang diprediksi akan mampu berkibar di industri musik Amerika tahun 2019? Joey Alexander?
Editor: Toni Bramantoro
Ditengah cuaca super dingin minus celcius dan hujan rintik, pukul 6 sore, dengan modal payung kecil, saya datang ke studio Build Series yang berdekatan dengan kampus New York University. Studio itu tidak terlalu besar, hanya mampu menampung 50 penonton studio. Kru, peralatan produksi, kamera, lighting, audio, semuanya biasa saja. Sama dengan standard studio yang ada diberbagai stasiun televisi Jakarta.
Tapi visualisasi menjadi cantik, dengan artistik dan background kaca suasana jalanan kota New York yang padat, macet dan gedung-gedung tinggi. Puluhan media Paparazzi juga terlihat menunggu di luar studio, mencoba keberuntungan untuk wawancara ala door stop saat Agnez keluar studio.
Talk show Agnez Mo berjalan dengan asik, non-formal dan santai. Agnez menjawab setiap pertanyaan dengan ringan dan penuh canda. Tiba-tiba, muncul pertanyaan dari tamu yang hadir "Apakah Agnez akan membawa unsur (seni) Indonesia dalam karya dan penampilannya?".
Jawaban Agnez sangat lugas, "Saya ingin orang mengenal karya saya dan saya sebagai Agnez Mo. Kalau mereka sudah kenal, mereka akan mencari tahu siapa saya, saya asal Indonesia". Sebuah jawaban yang cukup masuk logika, strategi Brand Positioning sudah tepat dan jitu.
Dan Agnez tidak sendirian. Tanpa harus berbenturan dengan birokrasi dan jargon-jargon promosi Indonesia yang digembar-gemborkan oleh pemerintah, sejumlah musisi Indonesia sudah mengandalkan strategi Brand Positioning yang sama dengan Agnez.
Sebut saja Joey Alexander, pianis jazz remaja yang mendunia, dan dibimbing oleh musisi Jazz Wynton Marsalis, atau Rich Brian yang mengguncang panggung hip-hop dan mendapat pujian dari penyanyi Pharell Williams. Keduanya, mengedepankan karya personal tanpa harus terbebani kepentingan nusantara. Kepopuleran mereka secara tidak langsung, justru menaikkan pamor nama Indonesia ke panggung dunia.
Sementara itu, ditingkat musik independen, sepanjang sepuluh tahun terakhir, bermunculan musisi-musisi Indonesia yang terus bergerilya membangun karya sesuai genre dan selera musik Amerika. simakDialog, band progresif Jazz yang dulu dimotori oleh pianis (Alm) Riza Arshad, mampu menembus pasar Amerika.
Album Demi Masa dan Patahan yang direlease oleh Moonjune Records, New York, disukai publik pecinta musik progresif fusion. Bahkan album ini sukses di Puerto Rico, mungkin karena simakDialog menggantikan pukulan drum dengan hentakan kendang Sunda, menjadikan musik simakDialog melawan arus mainstream dengan menyatukan komposisi progresif berirama perkusi tradisional. Pertunjukkan simakDialog di Baltimore, Maryland, di sebuah Gudang berkapasitas 250 orang, full house.
Penonton rela duduk menikmati konser tunggal selama 2 jam! simakDialog juga diundang untuk wawancara di Radio Universitas Maryland.
Keberhasilan simakDialog tidak lepas dari telinga produser Moonjune Record, Leonardo Pavkovic. Leo, begitu panggilannya, begitu yakin bahwa musik simakDialog akan sukses di jalur industri musik progresif Amerika.
Kepekaan telinga Leo kemudian membawa Moonjune untuk merelease album -album musisi Indonesia lainnya seperti Budjana, Tohpati, Dwiki Dharmawan (Pasar Klewer) dan band progesif fusion asal Jogja, I know you well miss Clara.
Di jalur rock, pada tahun 2009, Superman Is Dead (SID) pernah menggoyang Velvet Lounge, U Street, Washington DC. Klub Punk Rock yang berkapasitas seratus lima puluh orang ini penuh dengan fans warga Amerika. SID yang mempunyai komposisi lagu berbahasa Indonesia dan Inggris, mampu menyihir penonton menari headbang di atas lagu Kuta Rock City.
Di tahun-tahun berikutnya, penampilan SID ini diikuti oleh penampilan Diskus, Gugun Blues Shelter, White Shoes, Budjana, Dwiki Dharmawan, Balawan, Saykoji, Heidi Yunus, Netta KD, Speker First dan Jogja Hip Hop. Sementara itu, Noah band tampil memukau dipanggung outdoor stage Silver Spring Maryland, dalam festival tahunan Made In Indonesia dengan penonton sekitar dua ribu penonton.
Presenter dan penyanyi country Tantowi Yahya, yang saat ini menjadi dubes Selandia Baru, juga pernah tampil memukau dihadapan sekitar tiga ratus penonton dan fans musik country, di jantung kota musik country dunia, Nashville, Tennessee. Tantowi diundang khusus untuk tampil dalam ajang Country Music Awards, ajang penghargaan musik country terbesar di Amerika.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.