Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Apa Persamaan Singapura dan Lombok? Ini Penjelasan Letjen Doni

Atas arahan presiden SBY, Octavian bertanya ke Kolonel Doni apa masih punya stock bibit pohon trembesi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Apa Persamaan Singapura dan Lombok? Ini Penjelasan Letjen Doni
Ist/Tribunnews.com
Letjen Doni Monardo. 

TRIBUNNEWS.COM - Di ruang kedatangan Bandara Praya Lombok NTB, Letjen Doni Monardo melemparkan sebuah teka teki: apa persamaan jalanan dari Bandara Lombok ke kota dengan jalanan dari Bandara Changi Singapore ke kawasan pusat kota?

Sebelumnya, mantan Komandan Jenderal Kopassus itu berdialog dengan seseorang: sudah berapa kali Anda ke Lombok? Kapan terakhir Anda ke Lombok? Apa Anda pernah ke Singapore?

Oke mari kita abaikan dulu jawaban untuk teka teki "iseng" sang letnan jenderal yang tak pernah lepas menenteng tumblernya itu. Sejenak kita tengok ke belakang.

Alkisah sekitar tahun 2010-2011, saat Kolonel Doni Monardo menjabat Danrem Surya Kencana Bogor, suatu siang berdering telpon selulernya. Di seberang berbicara Kolonel Laut Octavian Amarulla, ajudan presiden RI (Sekarang Dan Sesko AL).

Atas arahan presiden SBY, Octavian bertanya ke Kolonel Doni apa masih punya stock bibit pohon trembesi.

Baca: Rapat Kerja dengan Komisi VIII DPR, Kepala BNPB Doni Monardo Paparkan Potensi Bencana Alam

Doni bertanya balik untuk apa, perlunya berapa banyak, dan mau ditanam dimana.

Singkat cerita, 10.000 bibit pohon trembesi rata rata setinggi 1 meter Doni siapkan.

Berita Rekomendasi

Dari lokasi pembibitan kemudian diangkut ke Lombok Nusa Tenggara Barat.

Tujuan penanaman sepanjang jalan sekitar 30-an km mulai dari mulut Bandara Praya Lombok menyusuri kiri kanan jalan menuju pusat kota.

Paguyuban Budiasi

Kenapa trembesi? Pohon ini termasuk sakti karena terbukti memiliki manfaat hebat untuk lingkungan. 

Trembesi dipercaya ampuh menurunkan dampak pemanasan global yang mengancam bumi.

Di Indonesia trembesi juga dikenal dengn sebutan pohon hujan.

Orang Sunda memanggilnya Kihujan.

Adapun nama ilmiahnya Samanea saman atau Albizia saman.

Lalu kenapa Doni Monardo Danrem Bogor yang dihubungi sementara lokasi tanamnya bukan di wilayahnya?

Sejak masih berpangkat letnan dua Doni memang dikenal pakar dan pecinta pohon dan sudah banyak melakukan aksi nyata penanaman.

Salah satu buktinya merindangkan kawasan Grup 1 Kopassus Serang dengan pohon palem sekitar tahun 1998 dan Brigif Kariango Makassar tahun 2008.

Dalam perjalanan berikutnya Doni aktif bersama Paguyuban Budiasi yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan melalui pemberdayaan pembibitan pohon.

Setidaknya jutaan aneka jenis bibit pohon pernah disalurkan ke berbagai pihak, bekerjasama melakukan pengijauan di sejumlah daerah.

Bibit pohon yang didistribusikan antara lain berjenis tanaman kayu keras seperti trembesi, jabon dan sengon sementara tanaman buah diantaranya sirsak, durian dan alpukat.

"Bibit-bibit pohon yang diberikan kepada masyarakat merupakan bibit berkualitas dengan kualifikasi minimal 1 meter.  Hal ini ditujukan agar bibit pohon tersebut ketika ditanam dapat segera beradaptasi dengan lingkungan tanam yang baru dan tidak mati," kata Wakil Ketua Paguyuban Budiasi Wayan Budi seraya menambahkan bahwa pihaknya juga menyiapkan bibit pohon langka dan endemik Indonesia.

Bibit pohon tersebut antara lain berjenis ulin, cendana, gaharu, eboni dan merbau.

Budiasi merupakan komunitas yang bergerak di bidang penghijauan dan pembibitan pohon serta tanaman. Pembibitan dilakukan di lahan seluas 12 hektare di Desa Kadumanggu, Babakan Madang, Bogor. Semua bibit dibagikan secara gratis, dengan syarat benar benar ditanam.

Mantan Danpaspampres ini merupakan salah satu penggagas berdirinya Paguyuban Budiasi.

Nah kembali ke kisah pengangkutan 10.000 bibit trembesi ke dari Bogor ke Lombok. Penanaman serempak pun dimulai. Tiga tahun kemudian tepatnya 2014, dilakukan penanaman ulang dengan penataan.

"Pohonnya digali lagi, lalu dikarantina sekitar dua minggu dan kemudian dibuatkan lubang baru dengan jarak dan ukuran satu pohon dengan yang lainnya ideal dan tidak menumpuk. Jaraknya dihitung ulang, " kisah Doni.

Untuk penanaman ulang yang lebih tertata ini ikut terlibat Angkasa Pura 1, Djarum dan aparat Korem 162 Wirabakti NTB.

Tak terasa hampir sepuluh tahun kemudian, pagi ini Maret 2019 jalanan sepanjang bandara Lombok kini rindang dan teduh dengan pemandangan trembesi.

Kisah serupa ditahun yang berbeda, sebagaimana yang dilansir Businessmirror Dr Lena Chan, Direktur Pusat Keanekaragaman Hayati Singapura, mengungkapkan pada 16 Juni 1963, Lee Kuan Yew memulai mengkampanyekan penanaman aneka jenis pohon di Singapura.

Tepatnya pada tahun 1967, PM Lee fokus menggunakan tanaman pohon trembesi sebagai pelindung di sepanjang tol dari Changi Airport ke pusat kota. Atas hal ini, Lee disebut-sebut sebagai bapak penghijauan Singapura.

Baca: Tangis Gading Marten Pecah Nyanyikan 'Pergilah Kasih', Penonton Mendadak Heboh

Nah, sampai di sini teka teki Doni akhirnya terjawab. Jalanan di Bandara Praya Lombok dan Bandara Changi Singapore sama sama hijau dan rindang oleh barisan pohon trembesi.

Bahan Parfum Hermes

Di sela sela kunjungan kerjanya di Lombok, Doni kembali mengungkapkan satu hal yang tak banyak diketahui orang banyak. Tentu masih tentang pohon. Pohon, selain menjaga alam sebagai paru paru bumi, juga memiliki nilai ekonomi yang mencengangkan.

Doni memperlihatkan biang minyak hasil sulingan daun dan kulit kayu dari pohon Masohi yang kebetulan dibawa oleh Halim seorang kenalannya di komunitas pecinta pohon. Dahulu kala pohon masohi ini tumbuh di Pulau Seram Maluku Tengah. "Tapi sekarang sudah habis ditebangin semua, tapi masih bisa kita temukan di wilayah Papua," ujar Halim.

Halim yang kini menekuni pembibitan pohon masohi telah berhasil menanam kembali pohon spektakuler tersebut di wilayah Lombok Timur. Setidaknya ada 3.700 pohon usia menjelang dua tahun. Masa panen daun dan kulit kayu tiap pohon sekitar 7 tahun. Daun dan kulit kayu masohi tersebut melewati proses penyulingan hingga menghasilkan biang cairan minyak. Itulah yang disebut minyak masohi.

Lalu apa istimewanya secara ekonomi daun dan kulit pohon masohi? Ternyata inilah bahan utama pembuatan parfum merek Hermes yang terkenal itu. Harga per kg hasil sulingannya berkisar 300 sampai 500 USD.

Halim mengaku permintaan pembeli sangat tinggi, terutama dari negara Swiss. Saat ini Halim baru mampu melayani sekitar 400 kg per tahun. "Padahal pembeli meminta sampai 100 ton per tahun, " kisah Halim yang diaminkan Doni. Doni sendiri mengistilahkannya Proyek Emas Hijau -- semacam harta karun dari hasil menanam pohon yang ujungnya mensejahterahkan rakyat.

Halim juga menanam tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) semacam semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang juga beken dengan sebutan minyak nilam. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun

Saat ini ada 80 hektar tanaman nilam di Lombok Timur dan 20 hektar di Pusuk Lombok Barat. Tanaman nilam ini bisa dipanen pada 7 bulan pertama. Harga minyak nilam saat ini sekitar 35 USD per kg untuk bahan dasar pewangi dan dupa. Jika anda pengguna merek Molto, Lux dan Lifebuoy maka itu berasal dari tanaman nilam.

Nah tahukah anda apa arti nilam itu? Doni kemudian dengan fasih menyingkap tabir kisahnya. Tanaman nilam dikenal berasal dari Aceh. Nilam sendiri memiliki kepanjangan arti: Netherlands Indische Land ook Acheh Maatzcappij nama sebuah perusahaan dari Belanda ketika itu.

Doni dengan jabatan barunya sebagai kepala BNPB, bergerak gesit memasukkan penaman pohon tersebut sebagai bagian dari mitigasi bencana -- tentu diikuti upaya upaya konkret lainnya.

“Kami sekarang memetakan jenis-jenis pohon yang bisa ditanam di pantai. Karena konstruksi manusia ada batas waktunya,” kata Doni, saat perayaan HUT BNPB ke-11, di Pusdiklat BNPB, Sentul, Bogor Februari 2019.

Tak ada waktu menunggu. Penyelamatan lingkungan detik ini juga wajib terlaksana. Suara Letjen Doni serta nama nama lainnya yang gigih menjaga penjaga alam wajib kita gemakan. Tak boleh tertelan oleh hiruk pikuk urusan lainnya.

Kuncinya ada pada kesadaran akan pencegahan secara saksama yang sepatutnya dimulai dalam tempo yang sesingkat singkatnya sejak hari ini. Johann Wolfgang von Goethe penulis dan penyair dari Jerman kelahiran 1749 mengatakan Was heute nicht geschieht, ist morgen nicht getan. (apa yang tidak dimulai hari ini tidak akan pernah selesai esok)

Tentunya dimulai dengan perilaku: jaga alam dan alam menjaga kita. Maka dengan demikian bencana banjir bandang, misalnya, bisa reduksi, korban minimal, pundi pundi negara dan uang rakyat menjadi berfaedah untuk urusan yang lain.

Alam yang baik, terjaga, terawat adalah paru paru bumi yang sehat. Juga merupakan lambang dari peradaban atas perilaku manusianya. Sekiranya hutan gundul, sungai tercemar, apakah kita masih bisa menganggap diri kita bangsa yang beradab?

Salam hebat dan tangguh dari Lombok.

Egy Massadiah, Magister Komunikasi Paramadina University dan Pegiat Teater

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas