Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Dengan Garam, Suasana Gelap di Lokasi Pengungsian Korban Gempa Jadi Terang

Hanya dengan mencampur air bersih dan sesendok garam, lampu ini mampu menyala hingga 12 jam dalam kekuatan sinar LED 1,6 watt.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Dengan Garam, Suasana Gelap di Lokasi Pengungsian Korban Gempa Jadi Terang
Istimewa
Tak kurang dari 100 unit lampu air garam menerangi lokasi pengungsian di sekitar rumah dinas Gubernur Sulawesi Barat. 

"Sebenarnya dari SMP kita sudah belajar tentang katoda dan anoda," ujar Sarwani.

Sarwani pun menjelaskan, bahwa elektroda yang menerima elektron dari sumber arus listrik luar disebut katoda.

Baca juga: Khawatir Gempa Susulan, Ratusan Warga Majene Masih Bertahan di Tempat Pengungsian

Sedangkan elektroda yang mengalirkan elektron kembali ke sumber arus listrik luar disebut anoda.

Katoda adalah tempat terjadinya reaksi reduksi yang elektrodanya negatif (-).

Sementara anoda adalah tempat terjadinya reaksi oksidasi yang elektrodanya positif (+).

Jika kita tengok lampu air garam pun memiliki prinsip yang sama.

Air laut atau garam sebagai elektrolit. Ketika masuk ke dalam tabung modul, terjadi reaksi kimia yang menghasilkan ion-ion energi listrik.

Dan ion-ion itu pula yang dimanfaatkan untuk menyalalakan LED.

Berita Rekomendasi

Bukan hanya memberi cahaya di tengah kegelapan. Lampu air garam juga bisa dimanfaatkan sebagai charger ponsel Anda.

"Tapi tidak bisa digunakan bersamaan. Jadi, kalau sedang dipakai untuk menyalakan lampu, maka fungsi charger off. Sebaliknya kalau sedang digunakan sebagai charger, maka lampu LED tidak bisa dinyalakan," kata Sarwani.

Ketika didesak mengapa tidak bisa difungsikan bersamaan? Tangkas Sarwani menukas, "Karena kebutuhan voltasenya berbeda. Untuk lampu, 3 volt, sedangkan untuk charger selular, 5 volt."

Apa pun, lampu air garam produksi HEI ini benar-benar membantu warga yang mengungsi.

Di saat PLN belum mengalirkan listrik, kehadiran lampu air garam benar-benar menjadi penerang. Solusi di tengah kegelapan.

"Sebelumnya, kami juga sudah memperkenalkan lampu ini di lokasi pengungsi erupsi Gunung Merapi, di Yogyakarta. Akhir tahun lalu, kami juga mengirim lampu-lampu ini ke lokasi pengungsi banjir bandang di Aceh," katanya.

Sarwani berterima kasih, jika kemudian karyanya diapresiasi BNPB.

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas