Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tragedi Kanjuruhan dan Wacana Ketua Umum PSSI Mundur
Dalam era kepemimpinan pria yang akrab disapa Iwan Bule ini, kebanyakan kasus dilatarbelakangi kekerasan berupa pengeroyokan.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Rusman Madjulekka
TRIBUNNEWS.COM - “Berulang kali aku mencoba, S'lalu untuk mengingatkan. Tapi semua hilanglah sudah ditelan dusta, tinggal cerita….."
Demikian lirik penyanyi legendaris Betharia Sonata dalam lagu “Hati yang Luka.”
Agaknya Betharia Sonata tidak berlebihan.
Penggalan lirik lagu yang populer ditahun 1980-an tersebut sedikit menggambarkan potret berbagai insiden dan tragedi persepakbolaan nasional yang terus berulang kali terjadi hingga menewaskan nyawa suporter.
Sejak Mochamad Iriawan terpilih menjadi Ketua Umum PSSI pada November 2019, pembahasan publik tak pernah sepi menyoal topik yang ramai belakangan.
Baca juga: Sudah Dihubungi FIFA Soal Kerusuhan Di Stadion Kanjuruhan, Ini Kata Sekjen PSSI
Apalagi kalau bukan kerusuhan dan insiden kekerasan suporter yang telah membuat banyak korban jiwa berjatuhan.
Yang terakhir “Tragedi Kanjuruhan” yang dikabarkan menewaskan 129 suporter tuan rumah Arema Malang pasca laga derby Jawa Timur melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Dan ratusan supporter lainnya mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Sebenarnya alarm bahaya sudah dibunyikan sejak tiga tahun terakhir.
Dimana penulis mencatat beberapa insiden demi insiden kerusuhan maupun kekerasan suporter selalu berulang.
Termasuk skandal match fixing atau pengaturan skor di Liga 2 yang dihadapi oleh Perserang Serang, dan dugaan yang sama terjadi di liga 3 daerah Jawa timur (PS Mojokerto Putra), kini telah dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.
Pada 25 Juli 2022, kabar duka datang dari suporter PSS Sleman, Tri Fajar Firmansyah, yang jadi korban tewas kerusuhan di Yogyakarta.
Sebelumnya Tri sempat mengalami koma selama beberapa hari di rumah sakit karena mengalami retak pada bagian kepala. Diduga dikeroyok oleh beberapa oknum suporter dari klub lain.
Tragedi memilukan kembali terjadi di sepak bola Indonesia.