Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mustafa Kemal Ataturk, Mazhab Kemalisme, dan Turkifikasi
Kekaisaran Turki Usmani diubah oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Republik Turki. Seluruh warga Turki diwajibkan untuk menempuh pendidikan.
Editor: Husein Sanusi
Kenapa mazhab Kemalisme ini dihargai oleh PBB dan UNESCO, karena memang tidak lepas dari kiprah Mustafa Kemal Ataturk dalam memperjuangkan perdamaian. Kebijakan luar negeri Republik Turki era Mustafa Kemal Ataturk menunjukkan perdamaian dan persahabatan dengan negara-negara tetangga, seperti Iran, Yugoslavia, Irak, syuriah.
Bahkan, Mustafa Kemal Ataturk menciptakan Pakta Balkan, yang menolak ekspansi agresif Negara Fasis Itali dan Negara Tsar Bulgaria (Esra S. Degerli, Balkan Pact and Turkey, 2009: 136-145). Jadi, Kemalisme adalah tentang kebijakan politik yang mengusung perdamaian global, modernisasi, dan industrialisasi negara.
Kemalisme tidak saja tentang perdamaian antar bangsa, tetapi Kemalisme juga tentang upaya penyatuan dalam negeri atau nasionalisme. Pada saat Republik Turki didirikan tahun 1923, nasionalisme dan sekularisme adalah dua prinsip dasar.
Kemalisme membentuk satu negara dari sisa-sisa Kekaisaran Turki Usmani. Kemalisme mendefisinikan bahwa bangsa Turki adalah mereka yang melindungi dan mempromosikan nilai-nilai humanis, kultural, spiritual, dan moral Negara Turki (Arnd-Michael Nohl, dkk., Education in Turkey, 2008: 85).
Mustafa Kemal Ataturk meniggal pada tanggal 10 November 1938 dalam usia 57 tahun, dan dikebumikan di Dolmabahçe Palace, Instanbul. Lokasi Dolmabahçe Palace ini tidak jauh dari Bosphorus Terrace Restaurant, tempat penulis dan rombongan santri Bina Insan Mulia ( yang sedang studi di Turki) makan-makan. Hanya terpisah jarak 1,9 km dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 9 menit ke arah Timur Laut.
Bagi orang-orang yang sempat berkunjung ke Istana Dolmabahçe, mereka bisa berkunjung ke Ataturk Cultural Center. Wisata budaya terhampar luas di depan mata. Kita tinggal menikmatinya, dan mengenal perjalanan bangsa Turki. Museum Pusat Warisan Ataturk ini malah lebih dekat dari restauran kami, karena hanya berjalan 1,6 km dengan waktu tempuh 6 menit perjalanan darat.[]
*Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.