Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Posisi Strategis Houthi dan Lansekap Konflik Timur Tengah Terkini
Houthi tampil menjadi kekuatan politik bersenjata yang sangat ditakuti di Timur Tengah. Mereka kini menguasai mayoritas wilayah Yaman.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Slogan itu muncul ketika pasukan Suriah dibantu paramiliter pro-Iran mengempur dan merebut kembali Ghouta dan Aleppo yang semula dikuasai kelompok teroris Al Nusra dan jaringannya.
Sejak Houthi menguasai Yaman, maka sesungguhnya peta konflik Timur Tengah memang berubah. Iran, diaku atau tidak, telah menancapkan pengaruhnya lebih jauh ke Laut Merah.
Mereka berhasil di Irak dengan menempatkan jaringan ke Popular Mobilization Forces (PMF). Ini paramiliter Syiah yang sangat kuat di Irak saat menumpas ISIS.
Di Suriah, Iran secara terbuka menempatkan para konsultan militernya membantu Presiden Bashar Asaad melawan kelompok pemberontak dan ISIS.
Paramiliter Hezbollah Lebanon yang dekat dengan Iran, juga menempatkan kekuatannya di Suriah guna melawan ISIS dan kelompok teroris proksi Arab, barat dan Turki.
Dari peta ini, jelas Israel, AS dan sekutu barat maupun Timur Tengahnya, tak semata tak hanya melawan Houthi.
Lebih jauh lagi, ini adalah pertempuran pengaruh politik antara Iran di satu sisi, Arab Saudi di sisi lain, serta Israel dan beking baratnya di pihak berikutnya yang sangat berkepentingan.
Secara ancaman militer, bagi Israel, serangan rudal Houthi yang terbukti mampu menjangkau Eilat di ujung Laut Merah, bisa dianggap serius.
Namun bisa dinilai tidak terlalu strategis karena jaraknya yang sangat jauh dan harus melintasi wilayah Arab Saudi dan Yordania sebelum menembus Israel.
Israel lebih fokus ke Suriah, karena berbatasan langsung, dan berpotensi mendatangkan bencana lebih besar jika terjadi serangan langsung.
Sudah tak terhitung banyaknya Israel menggempur sasaran-sasaran di Suriah lewat udara. Suriah juga memiliki jalur darat langsung ke Lebanon.
Ini memungkinkan pasokan senjata dan teknologi ke Hezbollah dari Iran yang sudah memiliki pijakan kaki di Suriah.
Apakah titik-titik konflik ini benar-benar bisa menyeret Timur Tengah ke peperangan besar, bahkan perang nuklir?
Kemungkinan itu sangat terbuka. Terlebih jika kekuatan raksasa seperti AS, gagal mengendalikan keinginan agresif dan impuls imperialisnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)