Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Posisi Strategis Houthi dan Lansekap Konflik Timur Tengah Terkini

Houthi tampil menjadi kekuatan politik bersenjata yang sangat ditakuti di Timur Tengah. Mereka kini menguasai mayoritas wilayah Yaman.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Posisi Strategis Houthi dan Lansekap Konflik Timur Tengah Terkini
MOHAMMED HUWAIS / AFP
Para pengunjuk rasa, salah satunya membawa potret pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi, meneriakkan slogan-slogan saat unjuk rasa solidaritas dengan rakyat Gaza di ibu kota Sanaa yang dikuasai Houthi pada 5 Januari 2024 di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas di Gaza. 

Slogan itu muncul ketika pasukan Suriah dibantu paramiliter pro-Iran mengempur dan merebut kembali Ghouta dan Aleppo yang semula dikuasai kelompok teroris Al Nusra dan jaringannya.

Sejak Houthi menguasai Yaman, maka sesungguhnya peta konflik Timur Tengah memang berubah. Iran, diaku atau tidak, telah menancapkan pengaruhnya lebih jauh ke Laut Merah.

Mereka berhasil di Irak dengan menempatkan jaringan ke Popular Mobilization Forces (PMF). Ini paramiliter Syiah yang sangat kuat di Irak saat menumpas ISIS.

Di Suriah, Iran secara terbuka menempatkan para konsultan militernya membantu Presiden Bashar Asaad melawan kelompok pemberontak dan ISIS.

Paramiliter Hezbollah Lebanon yang dekat dengan Iran, juga menempatkan kekuatannya di Suriah guna melawan ISIS dan kelompok teroris proksi Arab, barat dan Turki.

Dari peta ini, jelas Israel, AS dan sekutu barat maupun Timur Tengahnya, tak semata tak hanya melawan Houthi.

Lebih jauh lagi, ini adalah pertempuran pengaruh politik antara Iran di satu sisi, Arab Saudi di sisi lain, serta Israel dan beking baratnya di pihak berikutnya yang sangat berkepentingan.

Berita Rekomendasi

Secara ancaman militer, bagi Israel, serangan rudal Houthi yang terbukti mampu menjangkau Eilat di ujung Laut Merah, bisa dianggap serius.

Namun bisa dinilai tidak terlalu strategis karena jaraknya yang sangat jauh dan harus melintasi wilayah Arab Saudi dan Yordania sebelum menembus Israel.

Israel lebih fokus ke Suriah, karena berbatasan langsung, dan berpotensi mendatangkan bencana lebih besar jika terjadi serangan langsung.

Sudah tak terhitung banyaknya Israel menggempur sasaran-sasaran di Suriah lewat udara. Suriah juga  memiliki jalur darat langsung ke Lebanon.

Ini memungkinkan pasokan senjata dan teknologi ke Hezbollah dari Iran yang sudah memiliki pijakan kaki di Suriah.

Apakah titik-titik konflik ini benar-benar bisa menyeret Timur Tengah ke peperangan besar, bahkan perang nuklir?

Kemungkinan itu sangat terbuka. Terlebih jika kekuatan raksasa seperti AS, gagal mengendalikan keinginan agresif dan impuls imperialisnya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas