Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Ini Skenario Setelah Iran Menggempur Israel
Iran meluncurkan 200 rudal balistik ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan Ismail Haniyeh dan Sayyid Hassan Nasrallah.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan dalam sebuah posting media sosial, Israel kuat dan akan menang.
Menteri Keuangan Israel yang dikenal radikal Bezalel Smotrich mengatakan seperti Gaza, Hizbullah, dan negara Lebanon, Iran akan menyesali momen tersebut.
Mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyebut serangan Iran sebagai kesempatan terbesar dalam 50 tahun untuk mengubah dinamika Timur Tengah.
Israel semestinya bergerak untuk menghancurkan program nuklir Iran dan fasilitas energi utama negara tersebut.
Dari pernyataan-pernyataan ini, termasuk suara oposisi Israel, jelas tergambar persamaan sikap dan pendapat rezim zionis itu.
Ada gairah besar, semangat tinggi, dan kehendak untuk melanjutkan konflik Israel-Iran lewat jalan peperangan.
Israel memiliki segalanya, sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki segala peralatan tempur paling modern yang tersedia di planet ini.
Israel tidak memiliki kekuatan tandingan di Timur Tengah dalam hal supremasi udara. Iran jelas tidak punya kekuatan memadai di sektor udara karena hanya memiliki sejumlah kecil jet-jet tempur lawas.
Bahkan Iran masih mengoperasikan jet tempur F-4 Phantom buatan McDonnel Douglas, pesawat tempur kiriman Amerika semasa rezim Shah Iran.
Jet-jet tempur Iran yang tergolong baru hanya MiG-29 buatan Rusia dan jet tempur F-14 Tomcat dari Amerika.
Sisanya, Iran menggunakan pembom Sukhoi Su-24, dan Su-22 era Soviet. Kekuatan ini jelas tidak sebanding dengan Angkatan Udara Israel yang sangat modern.
Militer Republik Islam Iran secara praktis tidak bisa berkembang karena menerima embargo militer sejak Revolusi Islam tahun 1978.
Namun, Iran memiliki kemampuan hebat mengembangkan peluru kendali jarak dekat, jarak sedang maupun jarak jauh hipersonik.
Iran juga dikenal dan diakui memiliki kualifikasi hebat pengembangan teknologi pesawat nirawak atau drone untuk kepentingan pertempuran.
Negara ini menjadi kekuatan paling diperhitungkan dalam hal produksi drone militer selain Amerika Serikat, China, Turki, dan Israel.
Rusia pun belajar banyak dari kemampuan Iran. Ini terlihat dari medan tempur Ukraina, ketika Rusia mengerahkan drone-drone kamikaze sejenis yang diproduksi Iran.
Apa yang akan terjadi sesudah serangan massal rudal Iran ke Israel tampaknya bisa diduga; akan semakin mencemaskan.
Perang besar di depan mata, bisa menyeret negara-negara di sekitar Israel, dan membawa Timur Tengah ke konflik tanpa akhir.
Sikap Washington yang membela dan membantu Israel tanpa batas, ibarat bom bensin yang ditumpahkan ke nyala api.
Israel akan terlibat dalam sekurangnya lima front konflik sekaligus, yaitu Palestina, Lebanon, Yaman, Suriah, dan tentu saja Iran.
Sementara, negara-negara besar jazirah Arab, kemungkinan akan berdiam diri saja, tak ingin terseret pusaran masalah yang bisa meruntuhkan kekuasaan mereka.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)