Potret Pendidikan Pulau Terluar: Beratap Daun, Dinding Bambu, dan Beralaskan Tanah
Beratapkan daun alang-alang, berdindingkan pitate (bambu), beralaskan tanah.
Editor: Mohamad Yoenus
Meski mengenyam pendididkan dengan segala keterbatasan, siswa serta orangtua siswa, maupun guru yang mengajar di sekolah ini tak patah arang.
Mereka tetap semangat memperjuangkan pendidikan.
Mengadakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Tahun 2015 sudah 18 siswa yang lulus dari sekolah ini.
Tak ada sepeserpun bantuan pemerintah mengalir di sekolah itu hingga kini.
Sehingga siswa harus membayar Rp 150 ribu per bulan untuk dana komite.
Rp 30 ribu untuk pembangunan dan Rp 120 ribu untuk honor guru.
Tak ada transportasi di desa ini.
Para siswa setiap hari harus jalan kaki menuju sekolah.
Harapan para siswa, guru dan warga desa tak berlebihan.
Hanya secuil bantuan untuk melayakan pendidikan mereka.
Jika melihat desa Bannada yang merupakan desa tertua, awal mula kerajaan Talaud, begitu memiriskan jika kondisi pendidikan di desa ini seperti itu.
Lihat video di atas. (*)