Meski demikian, ia menegaskan pemerintah akan terus mendorong negosiasi dengan Tesla agar bisa membuahkan hasil yang baik bagi Indonesia.
“Jadi kalau orang dalam negosiasi bisnis deal-deal-an itu biasa pasang surut. Dunia belum berakhir jangan pesimis, barang (negosiasi) ini masih jalan terus,” kata dia.
Dia mencontohkan, tarik ulur negosiasi juga sempat terjadi pada investasi LG Energy Solutition Ltd.
Bahkan negosiasi berlangsung dalam kurun waktu lebih dari satu tahun lebih hingga akhirnya LG memutuskan membangun industri baterai kendaraan listrik dengan nilai investasi mencapai 9,8 miliar dollar AS.
Bahlil pun optimistis Tesla maupun investasi asing lainnya bakal tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, lantaran didukung dengan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja dan aturan turunannya.
Beleid ini dinilai mendukung iklim investasi dan kemudahan berusaha di Tanah Air.
“Dengan UU Cipta Kerja ini akan melahirkan iklim yang lebih baik bagi dunia usaha kita dan kemudian membangun persepsi positif terkait dengan ekonomi nasional,” pungkasnya.
Alasan Kuat
Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar buka-bukaan terkait perusahaan electric vehicle (EV) Tesla tidak memilih Indonesia untuk investasi melainkan India.
Dia menilai sang pendiri Tesla Elon Musk memiliki beberapa alasan kuat dalam memindahkan tempat produksi dan pengembangan aset kendaraan listrik barunya.
Arcandra mengatakan Tesla membangun manufacturing plant dan technology centrenya di Sillicon Valley Amerika karena SDM yang terampil di bidang IT, technology chips termutakhir, dan venture capitalist (pemodal) yang berani mendanai proyek startup berisiko tinggi.
“Kalau Tesla ingin mengembangkan technology centrenya ke luar AS tentu harus yang ekosistemnya mendekati Sillicon Valley. Di dunia ada dua kota yang mendekati yakni Bangalore di India dan Tel Aviv di Israel,” kata Komisaris Utama PGN ini dalam tulisannya, Rabu (24/2/2021).
Sebelum Tesla, sudah ada beberapa perusahaan automobile yang memutuskan membuka technology centrenya di Bangalore seperti Mercedes Benz, Great Wall Motors, General Motors, Continental, Mahindra&Mahindra, Bosch, Delphi dan Volvo.
Menurutnya, Bangalore sudah memiliki ekosistem yang sangat baik setelah munculnya perusahaan-perusahaan startup EV.