Hanya PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) dan PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) yang masih tercatat naik sepanjang bulan ini. Pada penutupan perdagangan Selasa (25/1), BBHI meningkat 42% secara year to date (ytd) jadi Rp 5.650 dan AMAR melonjak 48,7% ke Rp 580.
Sementara yang lainnya melorot. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) anjlok 28,79%, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) merosot 25,9%, PT Bank MNC Bank Internasional Tbk (BABP) turun 17,74%, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) terkoreksi 6,36%, dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) turun 1,44%.
Baca juga: Prediksi Menuju Puncak Penularan Omicron, Bagaimana Dampaknya Terhadap Bursa Saham?
Menurut Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada, penurunan tersebut disebabkan dua hal. Pertama, indeks harga saham memang sedang mengalami penurunan karena faktor sentimen global. Semua bursa saham cenderung melemah.
Kedua, karena pelaku pasar cenderung taking profit setelah kenaikan saham yang cukup pesat tahun lalu.
"Rata-rata saham berbau digital melemah, tidak hanya bank. Tahun lalu, saham-saham digital ini profit tinggi tahun lalu walaupun kinerjanya banyak yang merah. Sekarang saat pasar tengah melemah, investor melakukan penjualan secara masif untuk mengamankan profit," jelas Reza kepada KONTAN, Selasa (25/1).
Reza tidak menggunakan terminologi mahal atau murah dalam melihat saham bank digital. Menurutnya yang perlu diperhatikan adalah apakah kenaikan harga sahamnya wajar atau sesuai dengan fundamental banknya.
Dia memandang, harga saham bank digital saat ini belum sesuai dengan harga wajarnya karena kondisi fundamentalnya belum bagus. Sebab secara teori, basis harga saham adalah fundamental.
Meskipun fundamental bank digital belum terbukti, namun harga sahamnya sudah naik sangat tinggi. Reza melihat, hal ini karena ekspektasi investor yang begitu tinggi terkait prospek bank digital ke depan.
"Tetapi kita tidak tahun prospek ke depan seperti apa. Artinya sustainibility mereka belum sepenuhnya teruji," tambahnya.
Menurut Reza, tahun 2022 ini merupakan tahun pembuktian bagi bank digital. Apakah yang mereka janjikan pada tahun 2021 bisa terbukti atau tidak yang akan bisa dilihat dari kinerjanya.
Teknologi tinggi yang disebut bisa memberikan kemudahan dan user friendly harus bisa dibuktikan dengan peningkatan jumlah nasabah yang signifikan salah satunya.
Sementara prospek saham untuk jangka pendek dan menengah dinilai akan tergantung pada sentimen di pasar.
"Kalau sentimen membaik, orang akan kembali hype lagi ke bank digital. Mungkin setelah penurunan maka akan dianggap sudah lebih murah lagi sehingga investor akan kembali masuk. Apalagi, kalau terjadi peningkatan nasabah dan kinerja, itu akan semakin mendorong investor untuk masuk." pungkasnya.
Melonjak Tinggi