News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Invasi Ukraina, Harga Pupuk dan Gandum Diprediksi Naik, Bagaimana dengan Harga BBM ?

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

pemerintah perlu mengantisipasi kenaikan harga pupuk dan gandum di dalam negeri akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Untuk itu kata Bhima, Pertamina seharusnya bisa mengompensasi mengingat sudah terjadi kenaikan harga BBM beberapa waktu belakangan. Di sisi lain pada tahun 2020, terjadi penurunan harga minyak dunia namun harga BBM tidak menurun.

"Jadi artinya keuntungan yang didapatkan oleh BUMN di sektor migas tahun 2020 harusnya bisa menjadi kompensasi terhadap stabilitas harga di tahun 2022 ini," tandas Bhima.

Sebelumnya diberitakan, Invasi Rusia ke Ukraina terjadi sejak Kamis (24/2/2022) hingga saat ini. Teranyar, Rusia mengirimkan rudal ke sekitar Vasylkil, sekitar 30 kilometer dari ibu kota Ukraina, Kiev.

Militer Rusia terus bergerak ke beberapa kota Ukraina. Militer Ukraina yang kalah jumlah pun terus berusaha menahan serangan pasukan Rusia.

CORE: Upaya Jokowi Pulihkan Ekonomi Bakal Rusak Jika Pemerintah Naikkan Harga BBM

Upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) memulihkan ekonomi di dalam negeri akibat pandemi Covid-19 akan sia-sia jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada saat ini.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, untuk menghindari dampak lebih besar dari perang Rusia-Ukraina ke dalam negeri terkait harga minyak dunia, maka pemerintah harus bersiap-siap menambah subsidi BBM.

"Peningkatan harga BBM akan merusak proses pemulihan ekonomi nasional dan program PEN yang selama ini dijalankan dalam dua tahun terakhir, ini menjadi akan tergerus kembali jika daya beli masyarakat turun akibat peningkatan (harga BBM)," kata Faisal saat dihubungi, Senin (28/2/2022).

Menurut Faisal, sebelum munculnya perang Rusia - Ukraina, sebenarnya pemerintah sudah merencanakan hapus BBM jenis premium dan pertalite meski akhirnya keputusannya ditunda.

Namun, setelah harga minyak dunia menembus 100 dolar AS per barel maka tekanan menaikkan harga BBM semakin meningkat.

"Kalau itu terjadi (kenaikan harga BBM) sudah pasti mempengaruhi banyak hal, bukan hanya biaya transportasi masyarakat tapi juga harga bahan pokok yang itu lebih banyak dampak lebih besar dirasakan menengah ke bawah dari pada masyarakat atas," tuturnya.

"Oleh karena itu pemerintah harus bersiap-siap untuk menambah subsidi (cegah kenaikkan BBM) karena kalau saya perkirakan harganya (minyak dunia) lebih tinggi lagi ke depan dengan adanya konflik Rusia - Ukraina," sambung Faisal.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini