News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Telur Ayam

CIPS: Tingginya Harga Jagung Pengaruhi Kenaikan Harga Telur

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pedagang menata telur jualannya di Pasar Kosambi, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (25/8/2022). Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) memaparkan, kenaikan harga telur beberapa pekan terakhir, disebabkan oleh tingginya harga jagung internasional

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) memaparkan, kenaikan harga telur beberapa pekan terakhir, disebabkan oleh tingginya harga jagung internasional. Jagung merupakan bahan utama pakan ternak.

Peneliti CIPS Azizah Fauzi menyampaikan, kebutuhan jagung untuk pakan ternak masih membutuhkan impor karena pasokan domestik belum mencukupi kebutuhan ini.

"Sayangnya impor jagung pakan ternak masih restriktif karena hanya terbuka untuk BUMN dengan API-U," ujar Azizah dalam keterangannya, Jumat (26/8/2022).

Baca juga: Bukan Bansos, Ini Penyebab Harga Telur Ayam di Atas Rp 30.000 Per Kg, Mendag Harus Benahi Tata Niaga

Berdasarkan data Food Monitor yang dihimpun CIPS dari United States Department of Agriculture (USDA), rata-rata produksi jagung Indonesia 2015-2020 hanya mencapai 11,5 juta ton. Sementara tingkat konsumsi tahunannya diperkirakan melebihi 12 juta ton.

"Selisih antara produksi domestik dan kebutuhan ini dipenuhi dengan impor," tutur Azizah.

Ketersediaan dan harga sebuah komoditas tidak hanya bergantung pada kuantitas produksi. Beberapa faktor lain yang memengaruhi ketersediaan dan harga jagung antara lain produksi jagung yang tidak stabil sepanjang tahun.

"Secara umum terdapat tiga kali musim tanam jagung di Indonesia, yaitu pada Oktober-Februari, Maret-Juni dan Juli-September," terang Azizah.

Sedangkan, hampir setengah produksi jagung nasional dihasilkan pada musim tanam pertama yang bertepatan dengan musim penghujan. Musim tanam kedua dan ketiga masing-masing hanya menyumbang 37 dan 14 persen produksi.

"Sayangnya, Permendag 25/2022 (Perubahan atas Permendag 20/2021) hanya memperbolehkan BUMN dengan API-U untuk mengimpor jagung pakan ternak," tuturnya.

Baca juga: Harga Rata-Rata Telur Ayam Secara Nasional Rp31.000 per Kg, di Papua Tembus Rp39.000

Seharusnya pemenuhan kebutuhan jagung perlu didukung dengan membuka lisensi impor untuk pihak swasta.

Membuka keran impor bagi swasta untuk jagung pakan ternak sebaiknya dipertimbangkan pemerintah untuk mengatasi dan menstabilisasi naiknya harga jagung.

"Pada 2021, kenaikan harga jagung untuk pakan ternak sendiri sudah tembus 28,1  persen dibandingkan tahun 2020," tambah Azizah.

Karena telur ayam merupakan sumber protein utama di Indonesia, harga yang tinggi tentu akan mempengaruhi konsumsi protein, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

"Pembebasan impor jagung memungkinkan produksi komoditas yang lebih efisien," tuturnya.

Indonesia, yang kurang memiliki keunggulan komparatif dalam produksi jagung, dapat mengimpornya dengan harga lebih rendah. Hal ini akan menurunkan biaya produksi ayam sehingga menguntungkan tidak hanya pihak produsen ayam tetapi juga konsumen, terutama yang berpenghasilan rendah, dengan akses kepada ayam dan telur yang lebih murah.

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Berharap Satu Bulan Lagi Harga Telur Turun

"Menghapuskan proteksi perdagangan untuk jagung juga memungkinkan Indonesia memodernisir industri ayam, menjadikannya lebih efisien dan mungkin mengembangkan keunggulan komparatifnya di masa depan," terang Azizah.

Jika kenaikan harga jagung tidak dapat teratasi segera, pemerintah dan masyarakat perlu waspada dengan kemungkinan terus meningkatnya harga telur dan komoditas seperti daging ayam dan daging sapi ke depannya.

"Adopsi benih jagung hibrida diharapkan mampu menjadi salah satu solusi peningkatan produktivitas jagung nasional," kata Azizah.

Statistik menunjukkan, produktivitas jagung menunjukkan tren yang meningkat dengan capaian 5,5 ton pipilan kering per hektar pada tahun yang sama.

Ketimpangan produktivitas jagung antar wilayah Jawa dan luar Jawa juga merupakan isu yang penting untuk diselesaikan dalam upaya meningkatkan produktivitas nasional. Produktivitas jagung di luar Jawa lebih rendah 13 persen dibanding di Jawa.

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Ungkap Penyebab Melambungnya Harga Telur: Karena Pengusaha Lakukan Afkir Dini

"Oleh karena itu, peningkatan produktivitas lahan dan petani di luar Jawa, terutama di wilayah dengan produktivitas relatif rendah, harus menjadi fokus perhatian pemerintah," tandasnya.

Demi meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan jagung dan produk turunannya, pemerintah tidak cukup hanya memusatkan perhatian pada kuantitas produksi domestik.

Kebijakan yang terpadu dan multisektor dibutuhkan untuk meningkatkan intensifikasi melalui penggunaan benih hibrida, perbaikan logistik termasuk infrastruktur dan peralatan, mendorong investasi swasta dalam penyediaan fasilitas pengering, gudang dan silo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini