Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Indeks harga produsen dan angka penjualan eceran Amerika Serikat (AS) untuk bulan Agustus dijadwalkan dirilis pekan ini.
Angka-angka tersebut dapat mengubah pandangan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 21 September 2022.
Indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Agustus akan dirilis Selasa (13/9/2022) besok, sedangkan indeks harga produsen (PPI) akan dirilis Rabu (14/9/2022) mendatang.
Investor masih memprediksi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin, dengan Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pada pekan lalu bahwa The Fed memiliki, dan menerima, tanggung jawab untuk stabilitas harga. Kita perlu bertindak sekarang.
Akankah The Fed memperketat kebijakan moneter jika data inflasi AS mulai menurun?
Melansir dari CNN, ekonom memperkirakan CPI AS untuk bulan Agustus akan mencapai 8,1 persen, turun tipis dari angka CPI di bulan Juli.
Namun tentu saja, 8,1 persen masih tergolong tinggi menurut standar historis. Tetapi ini akan menjadi penurunan yang mencolok dari inflasi di bulan Juni sebesar 9,1 persen.
Baca juga: Menkeu AS: Penurunan Harga Bensin Dorong Inflasi AS Lebih Lanjut
"Kita mungkin telah melihat puncak inflasi. Harga pangan dan energi turun. Ada lebih banyak ruang untuk penurunan," kata kepala strategi makro global di Ned Davis Research, Joe Kalish.
Para investor berharap kenaikan suku bunga September akan menjadi kali terakhir The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.
Dengan asumsi The Fed kembali menaikan suku bunga tiga perempat poin pada 21 September besok, maka itu akan membawa suku bunga ke kisaran 3 persen hingga 3,25 persen.
Baca juga: CEO Google Beri Sinyal Bakal Lakukan PHK, Imbas Perlambatan Pendapatan hingga Tekanan Inflasi
Jumat (10/9/2022) lalu, 70 persen investor memperkirakan kenaikan suku bunga setengah poin pada pertemuan The Fed 2 November 2022.
Namun hanya ada kemungkinan sebesar 10 persen dari kenaikan 75 basis poin untuk keempat kalinya berturut-turut, yang bisa menjadi salah satu alasan mengapa saham telah rebound sejauh ini di bulan September setelah jatuh di bulan Agustus.
Kenaikan harga melambat