Ada ancaman stagflasi saat dunia dihantam pandemi Covid-19 pada tahun 2020, yang menyebabkan gangguan rantai pasokan dan naiknya biaya bahan baku hingga memaksa sejumlah bisnis berhenti beroperasi. Namun ekonomi global mulai bangkit kembali pada tahun 2021, karena vaksin diluncurkan dan dilonggarkannya pembatasan pandemi Covid-19.
Baru-baru ini, perang di Ukraina telah mengakibatkan gangguan pasokan dan stagflasi khususnya di Eropa, di mana sanksi ekonomi terhadap Rusia telah membatasi pasokan minyak dan gas.
Bisakah Stagflasi Dicegah?
Pemerintah dan bank sentral dapat menerapkan kebijakan yang dapat mengurangi kemungkinan stagflasi atau keparahan dari situasi tersebut. Pengambilan risiko yang diperhitungkan merupakan kunci dari menghadapi situasi ekonomi yang sulit, karena mengarah pada peningkatan pengeluaran dan pertumbuhan ekonomi.
1. Memotong Upah Tenaga Kerja
Dengan melakukan pemotongan upah tenaga kerja, maka perusahaan bisa memproduksi lebih banyak barang. Dengan begitu, kegiatan ekspor bisa terus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara.
Namun pemotongan upah ini harus diikuti dengan pemberian subsidi dari pemerintah. Sehingga daya beli masyarakat meningkat serta jumlah uang yang beredar dapat terjaga.
2. Melakukan Revaluasi
Revaluasi adalah suatu upaya untuk menaikkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing. Ini dianggap sebagai salah satu solusi jangka pendek untuk mengatasi stagflasi, khususnya pada bagian inflasinya. Namun cara ini dapat menghabiskan devisa negara. Untuk itu, cara ini tidak dapat dilakukan secara terus-menerus karena dapat membebani keuangan negara.