2. Amerika Serikat
PDB AS turun selama dua kuartal berturut-turut, 1,6 persen selama kuartal pertama tahun ini, dan 0,9 persen di kuartal kedua tahun 2022.
Dikutip dari BBC, secara teknikal penurunan PDB dalam dua kuartal berturut-turut disebut sebagai resesi. Ada banyak perdebatan mengenai apakah AS berada di dalam resesi atau tidak, setelah dua kuartal berturut-turut pertumbuhan PDB berada di zona negatif.
Untuk mengendalikan laju inflasi yang tinggi, bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya pada pertemuan di bulan ini, ke kisaran 3,00-3,25 persen, dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar di masa mendatang.
Bahayanya adalah, jika The Fed melangkah lebih jauh hal tersebut dapat mencekik pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan lonjakan pengangguran, suatu risiko yang memicu kekhawatiran resesi saat ini.
3. Inggris
Ekonomi Inggris tumbuh lebih rendah dari perkiraan, akibat kenaikan harga energi yang tajam dan harga bahan baku yang memukul sektor konstruksi sehingga meningkatkan risiko terjadinya resesi.
Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) mencatat inflasi pada bulan Agustus mencapai 9,9 persen. Beberapa ekonom mengatakan data yang dirilis ONS menunjukkan ekonomi negara itu mengalami penyusutan untuk periode Juli hingga September, setelah mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen pada bulan April hingga Juni.
Pada bulan Agustus, Bank of England memperkirakan resesi Inggris akan berlangsung dari akhir tahun 2022 hingga awal 2024, yang sebagian besar didorong oleh kenaikan harga energi akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.
Perdana Menteri Inggris Liz Truss telah mengumumkan batas tarif energi domestik dan putaran pemotongan pajak yang diharapkan dapat mengurangi pukulan lebih lanjut terhadap ekonomi Inggris. Namun kebijakan tersebut memakan keuangan publik hingga 100 miliar pound atau 116 miliar dolar AS.
ONS mengatakan lonjakan harga listrik telah menurunkan permintaan energi di Inggris. Sementara biaya listrik di Inggris naik 54 persen dalam 12 bulan hingga bulan Juli lalu.
4. Jerman
Jerman sebenarnya belum masuk ke dalam resesi secara teknikal, karena pertumbuhan ekonomi negara itu di kuartal kedua tahun ini mencapai 1,7 persen secara tahunan.