News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mata Uang Singapura dan Thailand Bisa Jadi Korban Kemerosotan Yuan China

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mata uang Yuan China. Investor dolar Singapura dan baht Thailand harus bersiap menerima kerugian jika Yuan China terus jatuh terhadap dolar AS karena Beijing tetap berpegang teguh pada kebijakan lockdown.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Investor dolar Singapura dan baht Thailand harus bersiap menerima kerugian jika Yuan China terus jatuh terhadap dolar AS karena Beijing tetap berpegang teguh pada kebijakan lockdown.

Dikutip dari Bloomberg, Yuan China menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk pada hari ini, Senin (7/11/2022).

Langkah Bank Rakyat China pada hari ini untuk mengakhiri rangkaian pengikatan yuan yang lebih kuat dari perkiraan yang telah ada sejak Agustus, membuat para investor bertaruh bahwa Beijing mengurangi dukungannya untuk mata uangnya.

Baca juga: Ekonomi China Terguncang, Yuan Jatuh Ke Level Terendah Sejak 15 Tahun

Yuan mengalami penurunan paling besar di antara mata uang Asia lainnya, setelah pejabat kesehatan China selama akhir pekan berjanji akan berpegang pada kebijakan nol-Covid.

Ekonomi Singapura yang terbuka dan berorientasi pada ekspor akan terpengaruh oleh perlambatan ekonomi China.

Sementara turis Tiongkok akan mempengaruhi Baht Thailand, karena mereka berkontribusi sekitar 20 persen terhadap ekonomi Bangkok sebelum pandemi.

Indeks Bloomberg dari greenback naik 0,5 persen hari ini, setelah membukukan kemerosotan satu hari terbesar sejak Maret 2020 pada Jumat (4/11/2022), di tengah spekulasi bahwa China akan menjauh dari kebijakan nol-Covid-nya.

Mata uang terkait China memimpin kerugian, dengan dolar Australia dan Selandia Baru jatuh lebih dari 1 persen terhadap greenback di awal perdagangan Asia, sedangkan yuan China turun hampir 1 persen.

Spekulasi yang menyebut Beijing akan melonggarkan kebijakan penguncian Covid-19 melambungkan keuntungan dalam aset berisiko pada pekan lalu, namun kembali turun setelah China mengulangi komitmennya terhadap kebijakan tersebut pada Sabtu (5/11/2022).

Baca juga: Cegah Keruntuhan Yuan, Bank-bank China Kompak Lakukan Intervensi 

"Tiongkok selama akhir pekan dengan tegas menyatakan bahwa pelonggaran penguncian tidak terjadi dan pasar tenaga kerja yang kuat hanya memberi lampu hijau kepada The Fed untuk menaikkan lebih lanjut. Angka inflasi yang kuat "dapat mengangkat harga Fed Desember sedikit lebih dekat ke 75 basis poin, yang akan membantu dolar dan melukai ekuitas dan obligasi," kata kepala penelitian makro di Deutsche Bank AG di Sydney, Tim Baker.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini