Kemudian, untuk tahapan kedua yaitu dalam kurun waktu dua hari dengan denda sampai tiga kali lipat. Adapun di tahap ketiga, denda bisa dikenakan hingga 10 kali lipat.
"Begitu lebih 2 hari menjelang 10 hari sampai 3 kali lipatnya setelah diatas 10 hari baru kita lakukan denda maksimal 10 kali lipat," papar dia.
Ali mengatakan, pelaksanaan MLFF transaksi pembayaran tol melalui Global Navigation Satellite System (GNSS) dan law enforcement melalui Automatic number-plate recognition (ANPR). Sistem tersebut diprediksi bakal mengurangi titik kemacetan yang kerap terjadi di antrean masuk gerbang tol.
Atasi Macet
Pengamat transportasi dan tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menyampaikan, rencana pemberlakuan Multi Line Free Flow (MLFF) atau pembayaran tol tanpa sentuh disebut akan mengurangi kemacetan khususnya di Jabodetabek.
"Kalau misalnya (Jakarta) bisa menggunakan nirsentuh MLFF masuk ke tol, kalau dari 4 detik kemudian 10 detik jadi 0 detik, hambatannya akan hilang. Saya yakin 30 persen kemacetan akan berkurang," ujar Yayat.
Yayat menegaskan, jika MLFF diterapkan di seluruh tol Jakarta, maka diprediksi akan merubah kemacetan yang kerap terjadi di poros-poros Jalan Timur hingga ke Barat atau dari Jalan Letjen Suprapto hingga Jalan Cawang Jakarta Timur.
"Pengamatan saya ada 4 faktor di Jakarta itu khususnya pada poros Timur-Barat itu penyebab kemacetan. Satu, persimpangan traffic, waktunya sangat lama kendaraan sangat lama dan penyempitan jalan," papar dia.
Kemudian, faktor Kedua adalah keberadaan halte di Jalan Semanggi dan di Jalan Pancoran Jakarta Selatan. Pasalnya, volume kendaraan lebih dominan dibandingkan batas jalan yang tersedia.
"Transjakarta bagus, tapi ada halte yang bikin macet, di Semanggi sama di Pancoran. Itu bikin persoalan menambah kemacetan. Nomor 3 Pintu tol yang menjadi persoalan," ucap Yayat.
"Baru yang terakhir, batas jalan Transjakarta sama koridor. Jadi kapasitas jalan tidak mencukupi volume kendaraan bertambah. Ditambah antrean panjang di sepanjang pintu tol itu," lanjutnya.
Yayat mengatakan, pelaksanaan MLFF membutuhkan sosialisasi secara masif dengan penerapan yang mudah dipahami oleh masyarakat.
"Selanjutnya tantangan ke depan, realistis saja, saya berharap ini struktur baru yang akan membangun kultur baru, yang menjadi perosalan itu perlu sosialisasi," ungkap dia.