Sayangnya sikap agresif The Fed perlahan meredupkan popularitas SVB sebagai layanan pemberi pinjaman, kenaikkan laju suku bunga yang awalnya dianggap sebagai cara cepat untuk menekan inflasi di kisaran dua persen.
Justru telah membuat simpanan likuiditas Silicon Valley Bank terkikis lantaran permintaan konsumen untuk melakukan pinjaman mengalami penyusutan ditengah meningkatnya aksi rush bank atau penarikan uang secara massal.
Baca juga: Silicon Valley Bank Kolaps, Semua Operasi Resmi Ditutup
“Kondisi SVB memburuk begitu cepat sehingga tidak bisa bertahan hanya lima jam lagi, imbas dari penarikan uang yang dilakukan deposannya sehingga bank bangkrut, dan penutupan intraday tidak dapat dihindari karena bank run klasik,” ujar tulis CEO organisasi nirlaba Better Markets, Dennis M. Kelleher.
Saham Anjlok, Nasabah Modal Ventura Panik
Usai SVB ditutup akibat mengalami krisis, indeks Dow Jones Industrial Average dilaporkan mengalami penurunan sebanyak 345,22 poin atau 1,07 persen menjadi 31.909,64.
Disusul kemerosotan nilai saham Nasdaq Composite yang amblas 199,47 poin atau 1,76 persen menjadi 11.138,89. Sementara indeks saham S&P 500 kehilangan 56,64 poin atau 1,45 persen hingga nilainya berakhir di kisaran 3.861,78.
Penurunan serupa juga terjadi pada 11 sektor industri S&P 500 seperti Real estate yang anjlok 3,3 persen. Serta indeks saham consumer staples yang turun 0,5 persen dan indeks keuangan S&P 500 menyusut 1,8 persen pada penutupan pasar di hari Jumat (10/3/2023).
Kebangkrutan SVB juga memicu kepanikan para nasabah modal ventura. Terpantau usai pengumuman kolaps dirilis, sejumlah nasabah memenuhi kantor pusat SVB untuk mendapat jawaban atas kemampuan perusahaan dalam membayar dan menutupi kerugian.
"Dasbor klien rusak, Akses ke uang tunai kami ditutup dan itu adalah masalah terbesar bagi sebagian besar perusahaan di sini. Jika Anda seorang pemula, uang tunai adalah raja. Uang tunai dan alur kerja, untuk dapat memiliki landasan sangat penting, Namun SBV " kata Dean Nelson, CEO Cato Digital sekaligus nasabah SBV saat ditemui di kantor SVB di Santa Clara California .
FDIC Turun Tangan
Sebelum bangkrut, bank yang berfokus pada startup ini sempat berencana untuk meluncurkan penjualan saham senilai 1,75 miliar dolar AS untuk menopang neraca perdagangannya yang terkikis.
Namun secara mengejutkan saham perusahaan mendadak susut sebanyak 60 persen. Penurunan saham itu bahkan membuat Silicon Valley Bank mengalami pembengkakan kerugian mencapai 80 miliar dolar AS.
Kolapsnya SVB menjadi alarm bahaya bagi ekonomi AS, khawatir ancaman ini akan semakin meluas dan berdampak negatif bagi semua sektor mendorong Lembaga Penjamin Simpanan di Amerika Serikat atau federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk ikut turun tangan.
Setelah lembaga ini menutup semua layanan SVB, FDIC rencananya akan menjual aset dan pembayaran dividen yang dimiliki SVB sehingga perusahaan dapat mengembalikan deposan pada para nasabah yang terdampak dalam waktu dekat.
“Kami akan menjual deposan yang tidak diasuransikan sebagai dividen di muka yang akan dilakukan dalam minggu depan,” ujar FDIC.