Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beban keuangan emiten panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) meroket hingga 208,07 persen secara tahunan year-on-year (yoy) pada kuartal I 2023 akibat bunga pinjaman yang tinggi.
Adapun berdasarkan laporan keuangan PGEO mencatatkan beban keuangan perseroan mencapai 6,45 juta dolar AS per 31 Maret 2023 dari hanya 2,09 juta dolar AS pada kuartal I 2022.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan meroketnya beban keuangan bisa menjadi perhatian bagi para pelaku pasar mengingat peningkatannya cukup tinggi secara tahunan.
Terlebih kata Nafan, meningkatnya laba bersih perseroan turut ditopang oleh tingginya pendapatan selisih kurs yang merupakan uncontrollable variable atau sesuatu yang berada di luar kemampuan pembuat keputusan dalam sebuah kinerja keuangan.
“Sehingga peningkatan laba hasil selisih kurs dan tingginya beban keuangan dirasa kurang ideal,” kata Nafan kepada wartawan, Minggu (4/6/2023).
Baca juga: Analis Sebut Penerbitan Global Bond oleh PGEO Bisa Bikin Sentimen Negatif Perseroan
Menurutnya PGEO selaku perusahaan yang sudah listing di bursa saham, harus sudah menerapkan sistem Good Corporate Governance (GCG) dengan mitigasi risiko yang kuat.
“GCG dan terkait mitigasi risiko yang perlu dihadapi emiten seperti PGEO ini,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, PGEO tengah aktif mencari dana pinjaman melalui berbagai instrumen.
Setelah menghimpun dana publik sebesar Rp9,05 triliun lewat penawaran umum perdana saham (IPO), PGEO kembali menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp6 triliun.
Namun uang hasil emisi obligasi yang diterbitkan pada 27 April 2023 itu bukan digunakan untuk pengembangan bisnis melainkan melunasi seluruh sisa utang jangka pendek sebesar 600 juta dolar AS yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023.
Pada akhir Maret 2023 pinjaman jangka pendek PGEO masih tercatat senilai 400 juta dolar AS, atau hanya terpangkas 200 juta dolar AS dari nilai utang jangka pendek sebesar 600 juta dolar AS pada 31 Desember 2023.