News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemanfaatan EBT: Indonesia di Fase Transisi Energi, Tantangan Terbesar di Dukungan Infrastruktur

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana di acara peluncuran Program Mentari Efisiensi Energi, Senin (28/11/2022).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan  isu transisi energi dan dekarbonisasi diprediksi akan terus menjadi agenda bersama dunia hingga tahun 2030.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menilai, potensi energi baru terbarukan Indonesia sangat besar dan kunci dalam menghadapi tantangan transisi energi adalah dengan memaksimalkan potensi dalam negeri.

"Indonesia memiliki (potensi) EBT dalam jumlah yang besar, tersebar dan beragam. Tidak semua negara memiliki potensi yang beragam, jadi ini harus dimaksimalkan," ujar Dadan dalam keterangannya dikutip, Kamis (13/7/2023).

Dadan menyampaikan salah satu tantangan terbesar transisi energi yaitu terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri di berbagai proyek pembangunan infrastruktur sektor EBT.

Sekaligus mendorong juga produsen dalam negeri untuk dapat berkontribusi memenuhi kebutuhan barang dan jasa di sektor EBT.

"Indonesia sedang melakukan transisi energi yang akan membentuk banyak perubahan. Karena itu, kita perlu dorong agar betul-betul produksi nasional bisa mendukung tantangan besar dalam infrastruktur sektor EBT," papar Dadan.

Kementerian ESDM mencatat ada lebih dari 3.600 gigawatt (GW) yang dimiliki Indonesia, sehingga menjadi potensi yang sangat berharga untuk kita kembangkan di dalam rangka mencapai net zero emission.

Baca juga: Sri Mulyani Kaget, Pemanfaatan EBT di Indoensia Baru 0,5 Persen: Itu Memalukan!

Potensi terbesar memang ada di energi surya atau pembangkit listri tenaga surya (PLTS) yang bisa dikembangkan.

"Kemudian ada hydro yang juga sangat besar, geothermal, ada win, bioenergi, bahkan kita punya potensi juga untuk energi laut yang memang sampai saat ini belum dikembangkan," ujarnya.

Sebelumnya, Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) mengungkapkan, potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia sekitar 3.700 gigawatt (GW).

Ketua Umum METI Wiluyo Kusdwiharto mengatakan, potensi ini berasal dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, dan juga laut.

Baca juga: Pembangkit Listrik Batu Bara Terpinggirkan, Bos PLN Sebut 51 Persen Energi di Indonesia Pakai EBT

"Indonesia memiliki sumber daya atau potensi energi terbarukan yang cukup melimpah. Potensi Photovoltaic Solar kita ada 3.295 GW, geothermal 24 GW, hidro power 95 GW, angin 155 MW, bioenergi 57 GW dan gelombang laut atau arus laut 60 GW," jelas Wiluyo di Jakarta, Rabu (5/7/2023).

Namun, dari angka potensi tersebut, yang dimanfaatkan baru 4 persen saja.

Wiluyo melanjutkan, artinya Indonesia perlu membuat terobosan atau langkah berani dan konsisten, untuk segera menggantikan penggunaan energi fosil seperti batu bara maupun BBM, dengan energi hijau.

Pemerintah Indonesia sendiri telah membuat peta jalan atau roadmap untuk melakukan percepatan penggunaan energi ramah lingkungan.

Baca juga: Kencana Energi Lestari Targetkan Pengembangan EBT Sebesar 500 MW

Sebagai contoh, pada tahun 2030 Indonesia berkomitmen mempensiunkan dini sejumlah pembangkit fosil batu bara.

Kemudian akan memasifkan pembangunan pembangkit renewable energi yang memiliki skala besar berbasis hidro, panas bumi, dan sebagainya. Serta menjalankan program Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).

Untuk capaian goal jangka panjang yakni di 2060, Pemerintah akan mendorong penambahan kapasitas energi baru terbarukan, serta membangun koridor interkoneksi sistem kelistrikan Jawa-Sumatera dan Jawa-Kalimantan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini