Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman serangan siber seperti ransomware yang dapat mengenkripsi data korban dan meminta tebusan, terus mengintai setiap entitas bisnis di tengah adopsi digital yang saat ini terjadi di banyak sektor.
Ironisnya, meskipun pentingnya keamanan data sudah tak diragukan lagi, masih banyak bisnis di Indonesia, terutama di sektor UMKM, yang belum melakukan backup untuk melindungi data mereka.
Pada kenyataanya, masih banyak pebisnis segmen UMKM di Indonesia menganggap backup data sebagai beban anggaran tambahan.
Baca juga: Menkominfo: Kemajuan Teknologi Digital Buka Peluang Baru Melalui Kecerdasan Buatan
Joanne Weng, Director of International Business Department Synology mengatakan, dengan perspektif jangka pendek, beberapa pemilik bisnis menganggap biaya awal dari penerapan solusi backup seperti biaya hardware, biaya lisensi software, dan biaya pemeliharaan sebagai pengeluaran yang tidak perlu.
Namun, dari perspektif yang lebih luas, kerugian akibat kehilangan data, baik akibat kesalahan manusia maupun serangan dunia maya, bisa berakibat fatal dan jauh lebih mahal daripada biaya investasi untuk solusi backup yang memadai.
Persepsi lain adalah anggapan bahwa UMKM tidak menjadi sasaran serangan dunia maya. "Realitas yang terjadi justru berbeda, di mana UMKM sering kali menjadi target empuk karena kurangnya infrastruktur keamanan yang kuat dan dukungan tim IT yang memadai," ujarnya dikutip Sabtu, 27 Januari 2024.
Dia menjelaskan, solusi backup yang ideal untuk UMKM haruslah memenuhi beberapa kriteria khusus. Yang pertama adalah aspek keterjangkauan biaya, mengingat anggaran yang terbatas sering menjadi kendala utama bagi UMKM.
Yang kedua, solusi tersebut harus mudah terintegrasi dengan sistem yang telah ada. Dinamika infrastruktur hybrid saat ini mengakibatkan data tersebar di berbagai platform dan perangkat, yang menambah kompleksitas dalam pengelolaan data.
"Proses migrasi data juga dapat menimbulkan risiko keamanan. Solusi ideal harus fleksibel dan mendukung berbagai platform yang umum digunakan dalam operasional bisnis," ungkapnya.
Kepraktisan juga menjadi faktor penting. UMKM yang umumnya memiliki sumber daya terbatas membutuhkan solusi yang mudah untuk dipelajari dan dikelola, dilengkapi dengan antarmuka pengguna yang intuitif untuk memudahkan dalam pemeliharaan sistem backup mereka tanpa memerlukan pengawasan teknis yang berat.
Joanne Weng mengatakan, konsep backup 3-2-1 sering kali dijadikan acuan dalam menerapkan solusi backup yang efektif. "Konsep ini menyarankan setidaknya ada tiga salinan data, disimpan dalam dua format berbeda, dengan satu salinan di lokasi terpisah," kata dia.
Namun, konsep ini mungkin tidak sepenuhnya sesuai untuk semua jenis bisnis, khususnya UMKM yang memiliki keterbatasan sumber daya dibandingkan dengan perusahaan besar. Karena itu, sangatlah penting bagi setiap bisnis untuk memilih solusi backup yang paling cocok dengan infrastruktur dan kebutuhan mereka.
Karakter solusi dari Synology adalah sistem backup terpusat yang dapat beroperasi lintas platform, dilengkapi dengan teknologi seperti deduplikasi global yang meningkatkan efisiensi penggunaan ruang penyimpanan.
Selain itu, antarmuka pengguna yang ramah memudahkan penggunaan bagi UMKM, yang sering kali tidak memiliki pengalaman teknis mendalam. Fleksibilitasnya juga membuat UMKM menentukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggarannya.
Di sisi lain, kapasitasnya dapat disesuaikan dengan solusi backup terintegrasi yang komprehensif, sesuai untuk berbagai jenis platform dan perangkat.