Sementara itu, di retail modern lainnya yakni Alfamidi di wilayah tersebut, stok beras kemasan 5 kilogram baik premium maupun beras program Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) Bulog tidak terlihat di rak yang biasa disediakan untuk beras.
Pramuniaga Alfamidi mengatakan, stok beras kemasan 5 kg telah kosong cukup beberapa hari belakangan.
"Beras di sini kosong, dari kemarin emang sudah kosong," bebernya.
Kurangi Porsi Nasi
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, terus melonjaknya harga beras turut memberi dampak kepada pelaku usaha warteg. Mereka mensiasati dengan mengurangi porsi nasi.
Hingga kini harga beras premium sudah menembus Rp18 ribu per kilogram. Ini menjadi harga tertinggi sepanjang sejarah. Menaiknya harga beras dikeluhkan pelaku usaha warteg.
"Dampaknya pertama biaya. Karena eras ini sebagai bahan pokok di warteg," ujar Mukroni saat dihubungi Tribunnews.
Dengan naiknya harga beras, kata Mukroni, mengurangi margin keuntungan bagi pelaku usaha warteg. Namun, mereka juga enggan menaikkan harga makan, lantaran takut ditinggal pelanggan.
"Kalau kita naikan (harga), pelanggan malah hengkang atau menjauh dari warung kita," tambah Mukroni.
Mukroni mengatakan, pelaku usaha warteg mensiasati dengan mengurangi porsi nasi. Dia berharap para pelanggan warteg memaklumi hal tersebut.
Baca juga: Soal Beras Mahal, Jokowi Klaim Sering Kunjungi Pasar Untuk Cek Harga
"Kita mengurangi porsi yang tadinya lumayan memberikan nasi. Kita kurangi karena beras naik harga. Pelanggan mengerti lah. Ya ada juga yang protes nasinya dikit. Tapi sebagian pelanggan sudah tahu," kata Mukroni.
Mukroni juga mengatakan, saat ini beras yang digunakan juga dikeluhkan para pelanggan. Dimungkinkan lantaran beras bukan asli tanam di Indonesia.
"Pelanggan ini dengan warteg sudah merasa enak, karena kita pakai beras dalam negeri. Mungkin kita punya lahan sawah yang subur itu lebih gurih ketimbang impor," ucap Mukroni.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Perum Bulog untuk meningkatkan stok cadangan beras pemerintah atau CBP minimal 1,2 juta ton di gudang Bulog.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyampaikan, beras menjadi perhatian utama dalam sidang kabinet yang digelar pada Senin (26/2/2024), mengingat komoditas ini menyumbang inflasi paling tinggi.