Cahyono menjelaskan bahan baju APD ini sudah sesuai untuk menangani virus corona yang kabarnya sudah bisa tertular melalui udara atau airbone.
"Seperti kita ketahui, virus corona itu menular lewat droplet, dan lewat airborne," ujar Cahyono.
"Baju ini adalah seperti sponge, jadi kalau ada droplet dari riak seseorang, orang berbicara, dia akan menempel, dan virus tidak bisa menembus," paparnya.
Namun yang menjadi masalah adalah penggunaan APD yang sekali pakai sehingga menuntut untuk produksi terus-menerus.
"Cuma yang menjadi masalah, pakaian ini sekali pakai, buang," kata Cahyono.
"Kita bisa menjamin bahwa hazmat suit ini tidak akan menulari para penggunanya," ungkapnya.
Berikut video lengkapnya:
Salurkan ke Dinkes Jateng
Kabid Pelayanan RSUD Moewardi Solo Bambang SW menjelaskan soal produksi APD RS Moewardi dalam wawancara unggahan YouTube KOMPASTV, Senin (23/3/2020).
Bambang menjelaskan proses produksi APD ini tidak boleh sembarangan dan harus benar-benar steril.
"Buatannya supaya tetap steril, kita perhatikan, yang menjahit tetap harus cuci tangan, pakai handrub, pakai masker," ujar Bambang.
Bambang menyebut pembuatan APD ini sebenarnya untuk pihak RS Moewardi saja lantaran APD kini langka di mana-mana.
Namun lantaran RS Moewardi milik Pemprov Jateng, maka dari itu rumah sakit ini siap untuk mendistribusikan ke rumah sakit lain di Jateng.
Baca: Ada Perawat Diusir dari Kos karena Pemilik Takut Tertular Covid-19, Ini Kata PPNI
Baca: Jokowi Tiadakan Ujian Nasional 2020, Catatan Serikat Guru hingga Dorongan DPR untuk Pemerintah
"Ini sebetulnya untuk keperluan internal. Kalau untuk seluruhnya kan harus punya AKD (izin produksi), kami enggak punya, jadi ini internal, " terang Bambang.