Selain bergerak pada konservasi binatang, kebun binatang ini juga membuka rumah sakit untuk anak-anak.
Sehingga penutupan kebun binatang tidak terlalu membuat pihak Schwartz kelabakan.
"Kami juga mengisi kanal kami dengan kegiatan di rumah sakit anak San Diego Zoo Kids, kami secara rutin membuat konten video di dalam rumah sakit itu," kata Schwartz.
"Jadi ketika semua ini (wabah) terjadi, ketika kami harus tutup, kami seolah sudah memiliki fondasi konten untuk dibagikan kepada publik dengan banyak kamera untuk siaran langsung," terangnya.
Diketahui, program kunjungan virtual itu dinamakan 'Virtual Mission: Spring Break.'
Program itu dikerjakan oleh para staf yang menyuguhkan tur secara virtual di dalam kebun binatang.
"Kami sedang mengoordinasikan departemen pendidikan kami dan para staf untuk membuat tur virtual kebun binatang dan taman safari," ungkap Schwartz.
"Sehingga para penggemar masih bisa melihat seperti apa musim semi di San Diego," imbuhnya.
Untuk mendukung program itu, Schwartz juga bekerjasama dengan sekolah setempat untuk bisa mengakses konten edukasi virtual itu.
"Kami bekerjasama dengan sekolah dan guru untuk memastikan, konten yang kami tawarkan benar-benar mendidik dan berbasis ilmiah," kata Schwartz.
Di tengah aturan pembatasan sosial, pihak Schwartz melakukan beberapa perubahan terkait interaksi antar pekerja.
Namun ia memastikan standar perawatan binatang serta para pengasuh, dokter hewan, dan seluruh staf tidak ada penurunan.
"Semua orang masih bekerja di sini. Hanya saja mereka bekerja dengan cara berbeda dengan jarak demi meminimalisasi kontak," kata Schwartz.
Menurut Schwartz, para binatang di kebun binatang itu menyadari, sudah tak ada lagi pengunjung di sana.
"Sebagai orang yang sudah lama bekerja dengan binatang, aku yakin para binatang menyadari hal itu," ujar Schwartz.
"Aku yakin mereka tahu, ada perubahan hanya ada sedikit orang di sekitarnya. Namun, hal ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan mereka," ungkapnya.
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)