Hery menyebut Satgas menemukan banyak kasus perbedaan hasil PCR pada saat kedatangan dan hasil tes setelah menjalani karantina. Dia kemudian memaparkan data. "Banyak 6 persen lebih, itu ditemukan kasus positif pelaku perjalanan itu di tes kedua, dari total yang harus exit ya. Jadi 1.000 yang exit misalnya 6 persennya, berarti 60 orang di antaranya, atau dari 100 yang keluar di antaranya bisa positif, exit test-nya itu sampai 6,4 persen. Kalau yang entry test itu positivity rate-nya 2,8 persen. Jadi memang lebih banyak," tutur dia.
"Kenapa? Itu sangat mungkin terjadi, karena ketika masuk bisa jadi dia tertular di dalam pesawat atau sebenarnya sudah ada virus di tubuhnya tetapi belum berkembang. Itu yang kenyataannya. Belum terdeteksi. Ketika dia dikarantina dia positif, dan itu justru bagus kalau kita menemukan orang yang sudah negatif di tes awal, kemudian di tes exit-nya positif. Jadi kan kita bisa menjaga penularan lebih luas," ujar Hery.