Ia pun menyarankan untuk jangan mengikuti beberapa negara yang mendeklarasikan diri telah melepas status pandemi.
Baca juga: Kemenkes: Indonesia Segera Masuk Puncak Gelombang Ketiga Covid-19
"Saya melihat masih on track ke arah pemulihan. Ini jangan sampai terdistraksi oleh adanya deklarasi itu. kalau itu kita ikut-ikutan, itu merugikan kita yang akan merusak skema kita, on track kita, ini sudah benar," ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (23/2/2022).
Jika abai maka akan ada kemunduran dari upaya menghadapi pandemi sehingga dapat menimbulkan korban.
Dicky pun menyebut saat ini negara Eropa sedang berada di tahap itu.
Angka kematian meningkat begitu juga dengan kesakitan. Beberapa negara saat ini memang telah memilih melakukan pelonggaran atau deklarasi itu.
Namun akibatnya kasus meningkat dan kembali memperketat protokol kesehatan.
Baca juga: Jokowi Harap Vaksinasi Booster Bagi Pekerja Industri Dapat Melindungi dari Paparan Covid-19
"Seperti contoh Inggris sempat begitu dan balik lagi. Singapura pernah seperti itu, meralat kembali. Nah saya akan melihat negara lain akan meralat lagi. Tapi konsekuensinya sudah banyak kasus kembali dan saat ini sudah tinggi," papar Dicky lagi.
Oleh karenanya menurut Dicky, peristiwa ini bisa jadi pembelajaran bagi Indonesia. Apa lagi negara kita terhitung belum memiliki kemampuan testing, treacing dan treatment yang kuat.
Di sisi lain, cakupan vaksinasi Covid-19 kita belum mumpuni seperti negara maju. Dicky menyebut tidak mengapa punya prinsip biar lambat agar selamat.
"Konsisten dan komitmen ini yang harus kita jaga. Dan terus meningkatkan strategi komunikasi risiko, esensi manajemen pandemi ini yang harus dijaga," tegas Dicky.
Termasuk dari masyarakat sendiri yaitu dengan konsisten menegakkan protokol kesehatan. Sehingga dapat mencapai akhir pandemi dengan meminimalisir korban jiwa.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Aisyah Nursyamsi)
Baca berita lainnya terkait Virus Corona.