"Saya lalu menyalakan radio itu dan setelah radio menyala, saya katakan kepada petugas bahwa mereka terlalu berlebihan," tambah Kim.
Akhirnya, petugas keamanan mempersilakan Kim membawa radio itu ke dalam pesawat.
"Saya sempat berpikir setelah melihat para penumpang. Saya sempat berpikir bahwa mereka semua akan tewas. Saat itu saya merasa lemah karena memikirkan hal tersebut. Saya melakukan ini demi unifikasi Korea," lanjut Kim.
Kim lalu menaruh radio tersebut di tempat penyimpanan barang di atas kepalanya dan menelan pil untuk menenangkan diri.
Pesawat itu kemudian meninggalkan Baghdad dan melakukan transit di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Di kota itulah Kim dan rekannya turun dari pesawat.
Sesaat kemudian penerbangan 858 melanjutkan perjalanannya menuju Seoul.
Di atas Laut Andaman bom radio itu meledak dan mengakibatkan pesawat berisi 115 orang penumpang itu jatuh ke laut.
Sesuai rencana Kim dan rekannya harus melarikan diri lewat Roma dan Vienna.
Namun, rencana tersebut gagal setelah mereka ditangkap di Bahrain.
Akhirnya, mereka terpaksa melaksanakan rencana "B" yaitu menelan pil berisi racun sianida yang disembunyikan di dalam filter rokok.
"Kami dilatih bahwa jika seorang agen gagal melaksanakan tugas maka dia harus bunuh diri. Kami harus menelan pil sianida untuk menjaga rahasia," lanjut Kim.
"Kami tahu, jika kami tak melakukannya, keluarga kami di Korea Utara akan menderita, jadi kami memilih menelan pil itu meski sempat terlintas hidup saya selama 25 tahun harus berakhir."
Kim dan rekannya kemudian menelan pil itu.
Namun, pil itu ternyata tidak menewaskan Kim meski rekannya meninggal dunia.