TRIBUNNEWS.COM - Masalah kontrol senjata api kembali menjadi perhatian Amerika.
Hal ini terjadi di Great Mills High School yang berlokasi di Southern Maryland pada hari Selasa waktu setempat (20/3/2018).
Mirisnya, kejadian penembakan ini dimulai tepat seminggu setelah SMA tersebut melakukan unjuk rasa memprotes soal kontrol terkait senjata.
Unjuk rasa tersebut merupakan salah satu bentuk aksi protes para siswa di seluruh Amerika terkait kian gencarnya penembakan di sekolah.
Sayangnya, pemerintahan Donald Trump tampaknya tak menggubris protes dari para siswa di seluruh Amerika tersebut.
Tak adanya perubahan kebijakan berarti soal kontrol senjata api ini ini pun menimbulkan korban kembali.
Dua orang siswa yang ikut turun ke jalan untuk memprotes kebijakan soal senjata api tersebut menjadi korban dalam penembakan di Maryland tersebut.
Melansir dari CNN, pria bersenjata yang menjadi pelaku dalam penembakan ini dicurigai adalah seorang pelajar berusia 17 tahun, Austin Wyatt Rollins yang juga bersekolah di SMA tersebut.
Beruntung kejadian ini berlangsung kala polisi ikut menjaga ketat area sekolah tersebut.
Usai pelaku menembak 2 orang siswa lainnya, polisi pun menyarangkan peluru kepada sosok pembawa senjata api tersebut.
Austin pun dinyatakan meninggal beberapa jam kemudian di sebuah rumah sakit setempat.
Dua siswa remaja yang ditembak oleh Austini kini dirawat karena luka-luka mereka.
Salah satu dari mereka yakni Jaelynn Willey, berada dalam kondisi kritis.
Sementara itu, petugas kepolisian yang menembaki pria bersenjata itu tidak mengalami luka sedikitpun.
“Untuk hal seperti inilah kami berlatih. Untuk hal inilah kami selalu siap siaga dan kami berdoa agar hal ini tidak perlu kami lakukan, ”kata Sheriff area St. Mary,Tim Cameron.