TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Perkembangan kasus pembunuhan terhadap Wartawan senior sekaligus Kolumnis di The Washington Post, Jamal Khashoggi terus bergulir.
Kali ini fakta baru terkuak bahwa Jamal Khashoggi ternyata menghabiskan saat-saat terakhirnya 'memohon' agar kantong plastik yang menutup kepalanya, dilepas.
Seperti yang disampaikan seorang Wartawan Investigasi Turki.
Pembunuhan menggunakan kantong plastik itu berlangsung sekitar tujuh menit.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Wartawan bernama Nazif Karaman yang juga menjabat sebagai Kepala Investigasi di Harian Daily Sabah Turki itu mengutip suara dalam rekaman audio yang memperdengarkan kata-kata terakhir yang diduga keluar dari mulut Jamal Khashoggi saat ia dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.
"Aku tercekik, lepaskan plastik ini dari kepalaku, aku klaustrofobia," kata Jamal Khashoggi.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (12/11/2018), menurut Karaman, rekaman tersebut menunjukkan bahwa para pembunuhnya membutuhkan waktu selama tujuh menit untuk mencekik Khashoggi sampai mati, menggunakan kantong plastik yang membungkus kepalanya.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebelumnya mengatakan bahwa rekaman audio mengenai pembunuhan Jamal Khashoggi telah dibagikan kepada Arab Saudi, Inggris, Prancis dan Jerman.
Pemerintah Turki mengklaim telah memiliki rekaman tersebut sejak awal Oktober lalu, saat pembunuhan itu terjadi.
Khashoggi merupakan Wartawan yang 'rajin' mengkritisi tiap kebijakan yang diambil Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS).
Sesaat sebelum menjelang ajal, ia datang dan masuk ke Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu untuk mengurus sejumlah dokumen demi menikahi kekasihnya, wanita asal Turki.
Namun setelah masuk ke dalam konsulat itu, ia tidak pernah terlihat keluar
Beberapa waktu setelah kepergiannya, pihak berwenang Turki mengatakan bahwa Khashoggi telah dibunuh di dlaam konsulat atas perintah 'tingkat tinggi' Arab Saudi.
Sedangkan Arab Saudi yang mendapatkan tudingan seperti itu, tetap bungkam hingga kasus itu berkembang menjadi skandal internasional yang membuka mata dunia.
Baca: Zulkifli Hasan: Fokus PAN Perbaikan Ekonomi Rakyat, Bukan Sindir Menyindir