Dikelilingi oleh para abdi dalem, Kaisar dengan khusyuk masuk terlebih dahulu ke dalam kandang dan kemudian masing-masing pondok ini secara bergantian dan melakukan ritual yang sama--dari pukul 06.30 hingga 21.30 untuk yang pertama, dan yang kedua dari pukul 12.30 hingga 03.30 Pagi pada malam yang sama.
Sebuah tikar terbuka di depannya dan kemudian digulung lagi saat dia berjalan, sehingga kakinya tidak pernah menyentuh tanah.
Sebuah payung khusus dipegang di atas kepala sultan, di mana naungan tergantung dari burung phoenix yang diukir di ujung tiang dan mencegah segala kekotoran dari orang suci yang datang dari udara di atasnya.
Baca: Kapolda Sumsel Dijenguk Pengemudi Ojol Penabraknya, Yongky Minta Maaf Sambil Cium Tangan Kapolda
Berlutut di atas tikar yang terletak menghadap Kuil Agung Ise, Kaisar membuat persembahan beras suci, sake yang terbuat dari beras, millet, ikan, dan berbagai makanan lain dari daratan dan laut, ke Amaterasu.
Kemudian makan nasi suci ini sendiri, sebagai tindakan persekutuan ilahi yang menyempurnakan kesatuannya dengan Amaterasu-omikami, sehingga membuatnya (dalam tradisi Shinto) perantara antara Amaterasu dan orang-orang Jepang.
Kemudian diikuti oleh tiga perjamuan dan kunjungan ke kuil leluhur kekaisarannya.