"Saya tidak percaya, saya kira saya akan mati, saya siap mati karena saya merasa hidup saya ini adalah untuk saudara-saudara kami," papar Zirullah.
Kedua pemuka agama Islam di Chirstchirch itu saat ini masih dalam kondisi shock pasca aksi penembakan yang telah menewaskan 50 orang dan menyebabkan belasan orang kritis itu.
Fouda dan Zirullah menggambarkan pelaku sebagai penjahat yang pantas mendapatkan hukuman tertinggi berdasarkan hukum Selandia Baru.
Fouda pun mengaku baru tidur tiga jam sejak serangan tersebut. Prioritasnya saat ini adalah mencoba untuk mendapatkan daftar terakhir jemaahnya yang tewas dan mengurus pemakaman untuk mereka.
ia pun menghela napas, "Mungkin butuh waktu, waktu yang lama dan kami akan membutuhkan banyak orang untuk terlibat dalam prosesi itu,".
"Banyak orang yang memberikan dukungan moral kepada keluarga korban yang terluka atau meninggal, saya meminta kepada mereka untuk tetap tenang dan bersabar,".
"Saya sendiri ketika berjalan di jalanan atau pergi ke suatu tempat, saya mencoba menyembunyikan diri karena terlalu banyak orang dan mereka ingin mengajukan pertanyaan kepada saya, saat ini saya hanya ingin tetap tenang untuk bisa membantu masyarakat,".
Fouda mendoakan yang terbaik untuk mereka yang meninggal dunia dalam aksi brutal itu.
"Semoga Allah SWT memberi mereka kedamaian, kini mereka telah berada di tempat yang jauh lebih baik, lebih baik daripada dunia ini,".
Air matanya pun kembali menetes, ia menangis saat mencoba mengirimkan ungkapan belasungkawanya ke komunitasnya.
"Kami tidak akan takut, (apa yang dilakukan pelaku) adalah perang melawan perdamaian dan kami harus bersatu, Selandia Baru adalah negara yang damai dan kami menyukainya, dan kami akan terus mencintai Selandia Baru,".
"Ini seharusnya tidak membuat kami takut atau menghentikan kami dari persatuan sebagai saudara dan saudari, teman di negara yang indah ini,".
Baik Fouda maupun Zirullah, mendesak komunitas Muslim dan sesama warga Selandia baru untuk perang melawan segala bentuk terorisme.