Saat itu, Li menyebut ada tujuh kasus SARS dari pasar grosis makanan laut Huanan.
Tulisan Li bocor hingga diedarkan online pada 31 Desember 2019.
Namun, pada 1 Januari 2020, polisi Wuhan menegur delapan orang lantaran dianggap menyebarkan desas-desus, termasuk Li.
Li ternyata tak berniat untuk menyebar luaskan pesan tersebut.
Dalam pesannya, ia hanya meminta rekan-rekannya untuk mengingatkan anggota keluarga dan orang terdekat.
Saat itu, polisi menangkap Li lantaran tulisannya dianggap tidak faktual dan melanggar hukum.
Selain itu, perilaku Li juga dinilai dapat mengganggu ketertiban umum.
Setelah ditegur polisi, Li kembali bekerja seperti biasa.
Baca: Efektifkah Konsumi Suplemen untuk Tangkal Virus Corona? Ahli Gizi Ungkap Fakta Lain
Baca: Jumlah Korban Terinfeksi Virus Corona di Jepang Capai 86 Orang
Pada tanggal 8 Januari, Li merawat pasien yang menderita glukoma.
Namun saat itum pasien berada dalam suhu tubuh yang normal.
Li mulai batuh pada 10 Januari dan terserang demam di hari berikutnya.
Ia kemudian dirawat di rumah sakit pada 12 Januari.
Menurut laporan media setempat, Li diberi perawatan darurat dengan ECMO setelah jantungnya berhenti berdetak pada Kamis (6/2/2020) sekitar pukul 21.30.
Ia kemudian dinyatakan meninggal dunia pada Jumat pagi.
Li Wenliang seorang anak laki-laki dan istrinya.
Saat ini bahkan si istri tengah hamil lima bulan.
Kemarahan publik membuat pemerintah pusat mengirim tim ke Wuhan untuk menyelidiki masalah tersebut.
(Tribunnews.com/Miftah)