Hal serupa juga disampaikan mantan kepala Institut Unifikasi Nasional Korea, Kim Tae Woo.
Ia mengatakan tindakan penghancuran kantor penghubung antar-Korea adalah kelanjutan strategi Korea Utara.
Baca: Memanas, Militer Korea Utara Bersiap Ubah Zona Demiliterisasi Jadi Benteng Pertahanan Hadapi Korsel
Baca: Korut Bersiap Mobilisasi Pasukan ke Perbatasan Korea
"Pesan mereka (Korea Utara ke Korea Selatan) sudah jelas, agar tidak mendengarkan Amerika Serikat dan mengabaikan sanksi internasional," ujarnya.
Kim Tae Woo menambahkan, dihancurkannya kantor penghubung antar-Korea adalah balasan atas ketidakpatuhan Seoul.
Ia pun mengatakan pemerintahan Moon Jae In harus mengambil sikap tegas.
"(Korea Selatan) harus bertindak tegas, provokasi akan dihukum, sambil membiarkan pintu terbuka untuk dialog."
"Tidak ada hal lain yang bisa kita lakukan," ungkap dia.
Diketahui, kantor penghubung antar-Korea didirikan pada September 2018 berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak selama pertemuan puncak pertama antara Moon Jae In dan Kim Jong Un, 27 April.
Dilansir AFP, sejak awal Juni Korea Utara telah mengeluarkan serangkaian kecaman pedas dan ancaman untuk Korea Selatan atas para aktivis yang mengirim selebaran anti-Pyongyang ke perbatasan.
Mengirim selebaran ke perbatasan merupakan hal yang dilakukan pembelot secara rutin.
Minggu lalu, Korea Utara mengumumkan pihaknya memutuskan semua hubungan komunikasi resmi dengan Korea Selatan.
Selebaran yang dikirim para pembelot - biasanya melekat pada balon udara atau mengapung dalam botol - mengkritik Kim Jong Un karena pelanggaran hak asasi manusia dan ambisinya pada nuklir.
Baca: Daftar 9 Negara Pemilik Total 13.400 Hulu Ledak Nuklir, Rusia Teratas, Korea Utara Paling Sedikit
Baca: Legenda NBA Bicara Sosok Adik Kim Jong Un: Jika Lihat Dia di TV, Berarti Anda dalam Masalah
"Korea Utara frustrasi karena Korea Selatan gagal menawarkan rencana alternatif untuk menghidupkan kembali perundingan AS-Korea Utara, apalagi menciptakan suasana yang tepat untuk kebangkitan kembali," terang Cheong Seong Chang, direktur Pusat Sejong Institut untuk Korea Utara.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)