Lebih lanjut, ada sejumlah poin-poin 'rahasia' yang ditulis Bolton tentang aksi Trump selama ini.
Bolton mengatakan pemakzulan presiden mungkin akan berbeda bila dilakukan tahun ini dengan meneliti kasus Ukraina dan mencurigai adanya campur tangan politik di dalamnya.
Pada Januari lalu, Trump didakwa karena menahan bantuan militer untuk menekan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky agar memulai penyelidikan korupsi terhadap Biden dan putranya, Hunter.
Presiden membantah tuduhan itu dan dibebaskan setelah persidangan selama dua pekan, di mana mayoritas Senat adalah Partai Republik pada Februari silam.
Lalu Trump juga dikatakan pernah menyebut bahwa menginvasi Venezuela akan keren.
Dalam bukunya, Bolton menulis Trump mengatakan, Venezuela, negara Amerika Selatan itu benar-benar bagian dari Amerika Serikat.
Baca: Kasus Baru Positif Covid-19 Meningkat, Donald Trump Pastikan Amerika Tidak Akan Lockdown Lagi
Baca: Duduk Perkara Korut Ledakkan Kantor Penghubung di Kaesong Menurut Ahli, Merasa Dikhianati Trump
Bolton mengungkap bahwa banyak pembantu terdekat presiden yang secara pribadi meremehkannya.
"Kamu tidak bisa membayangkan betapa putus asa aku untuk keluar dari sini. Ini adalah tempat yang buruk untuk bekerja, karena kamu akan mengetahuinya," kata Mantan Kepala Staf Gedung Putih, Kelly An Shaw sebagaimana diceritakan Bolton.
Kritikan pada Trump ternyata juga datang dari Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo.
"Dia sangat penuh omong kosong," kata Pompeo, dalam buku Bolton merujuk pertemuan Trump dengan Pemimpin Korea Utara pada 2018 silam.
Padahal Pompeo selama ini dinilai sebagai sosok yang loyal kepada Presiden Trump.
Namun Bolton mengatakan Pompeo adalah satu dari sekian banyak pembantu Trump yang ingin mengundurkan diri karena frustrasi bekerja untuk presiden.
Bolton menulis bahwa presiden melihat persekongkolan di balik batu, dan tetap tidak mendapat informasi tentang bagaimana mengendalikan Gedung Putih, apalagi pemerintah federal yang besar.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)