Zhao Lijian, juru bicara kementerian luar negeri China, menggambarkan penerbangan pesawat mata-mata itu sebagai "tindakan provokatif" dan mendesak AS untuk berhenti.
“Militer China tidak akan menari mengikuti irama AS, atau membiarkan Amerika Serikat menimbulkan masalah,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian, Kamis.
Wu Qian, sebelumnya dikutip mengatakan rudal itu dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir dan mampu meluncurkan serangan presisi ke target darat dan laut.
Berjangkauan 4.500 km (2.800 mil), rudal DF-26 dapat mencapai Pasifik Barat dan Samudra Hindia, serta fasilitas Amerika di Guam, Pulau Diego Garcia di Inggris, dan bahkan kota Darwin di Australia.
Rudal DF-21 telah digambarkan sebagai sistem rudal balistik anti-kapal, juga dimaksudkan untuk menyerang kapal yang bergerak di laut.
Di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua militer, dia mengatakan China berharap AS dapat mengambil langkah-langkah praktis menciptakan suasana positif.
Rudal DF-26B, yang secara resmi diluncurkan awal bulan ini, mampu mencapai target bergerak di laut, menjadikannya "penghancur kapal induk", menurut media Global Times milik pemerintah China.
Pada Juli, dua pesawat AS melakukan latihan navigasi dan latihan militer bersama sekutunya di Laut China Selatan, memicu kemarahan Beijing.
Berbicara dengan syarat anonim kepada Reuters, seorang pejabat AS mengkonfirmasi penembakan kedua rudal China tersebut.
Ia menambahkan penilaian komprehensif sedang dilakukan untuk menentukan jenis rudal yang diluncurkan China.
Pentagon, mengonfirmasi penerbangan U-2, dan menambahkan aktivitas di kawasan Pasifik berada dalam aturan dan regulasi internasional yang diterima yang mengatur penerbangan pesawat.
Berita peluncuran rudal balistik China ini bersamaan dengan keputusan AS memasukkan 24 perusahaan China ke daftar hitam mereka.
Para individu itu oleh AS dituduh terlibat konstruksi dan operasi pembangunan instalasi militer di Laut China Selatan.
Departemen Perdagangan AS mengatakan dua lusin perusahaan itu memainkan peran dalam membantu militer China membangun dan memiliterisasi pulau-pulau buatan yang dikutuk secara internasional di Laut China Selatan.
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan memberlakukan pembatasan visa pada individu China yang bertanggung jawab, atau terlibat.
Pada Juli, Washington mengatakan bias menjatuhkan sanksi kepada pejabat dan perusahaan China yang terlibat masalah di di Laut China Selatan.(Tribunnews.com/Aljazeera.com/xna)