Lee memberi tahu The Star bahwa dia mulai bekerja sebagai pengawal untuk mendiang Kim Jong-il pada tahun 1978.
Pada saat itu, Kim Jong-il adalah pewaris ayahnya, Kim Il-sung, pendiri Korea Utara.
Tentang pekerjaannya sebagai pengawal, dia berkata:
"Kami dibayar $100 (Rp1,5 juta) sebulan dan bertugas mengikutinya kemanapun dia pergi."
"Semua orang takut padanya karena bahkan ketika dia bahagia, dia tetap kasar dan kejam."
Kim Jong-il meninggal pada tahun 2011 dan digantikan oleh putranya, pemimpin negara saat ini, Kim Jong-un.
"Saya menemukan ada bukti substansial yang menunjukkan kebrutalan yang dilakukan oleh rezim, oleh para pemimpin dan masyarakat umum di seluruh rezim Kim Jong-il," tulis juri suaka Brenda Lloyd dalam menolak klaim Lee dalam keputusan yang dirilis pada 31 Juli.
"Penggugat sendiri menggambarkan bahwa ia percaya bahwa Korea Utara adalah negara paling represif di dunia," ujar Lloyd.
Pejabat Kanada itu juga mengatakan mereka tidak dapat memverifikasi klaim Lee bahwa dia menghadapi dua percobaan penculikan selama berada di Korea Selatan, Mail Online melaporkan.
Lee memberi tahu Star bahwa dia melakukan dua upaya untuk melarikan diri.
Percobaan pertama yang gagal mengakibatkan dia dikirim ke kamp kerja paksa, penjara politik Yodok yang terkenal di Gyeongnam.
"Di kamp konsentrasi Yodok, untuk bertahan hidup, untuk mendapat lebih banyak makanan, saya dengan sukarela membawa dan menguburkan narapidana yang meninggal di pegunungan," katanya.
"Orang-orang akan meminta satu sama lain, bahwa mereka dimakamkan dengan selembar catatan di botol obat yang berisi detail identitas pribadi mereka.
"Saya pribadi menguburkan lebih dari 300 mayat."