News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Presiden China Xi Jinping Minta Pasukan Fokus Persiapan Perang

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI. Presiden Xi Jinping dan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA)

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Presiden China Xi Jinping telah meminta pasukannya untuk siaga dan mengerahkan seluruh pikiran serta energi mereka dalam mempersiapkan perang.

Seruan ini disampaikan selama kunjungannya ke pangkalan militer di provinsi Selatan Guangdong pada Selasa lalu.

Selama kunjungannya ke Korps Marinir Tentara Pembebasan Rakyat di Kota Chaozhou, Xi mengatakan kepada tentaranya untuk meningkatkan sikap siaga tinggi dan meminta mereka agar benar-benar setia serta dapat diandalkan.

Baca juga: Wow, Shenzhen Bisa Disulap Jadi Sillicon Valley Asia

Dikutip dari laman CNN, Jumat (16/10/2020), tujuan utama kunjungan Xi ke Guangdong sebenarnya adalah untuk menyampaikan pidato peringatan 40 tahun Zona Ekonomi Khusus Shenzhen pada Rabu lalu.

Shenzen merupakan kota yang didirikan pada 1980 silam untuk menarik modal asing dan memainkan peran penting dalam membantu pertumbuhan ekonomi China sebagai yang terbesar kedua di dunia.

Namun kunjungan militer itu berlangsung saat ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) berada pada titik tertinggi selama beberapa dekade.

Termasuk mengenai ketidaksepakatan tentang posisi Taiwan dan pandemi virus corona (Covid-19) yang menciptakan perpecahan tajam antara AS dan China.

Gedung Putih pun memberitahu Kongres AS pada Senin lalu bahwa mereka berencana melanjutkan penjualan tiga sistem senjata canggih ke Taiwan, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang canggih.

China pun bereaksi keras dan mengultimatum AS terkait rencana tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian meminta AS untuk segera membatalkan rencana penjualan senjata ke Taiwan dan memutuskan semua hubungan militer antara AS dengan Taiwan.

Perlu diketahui, meskipun Taiwan tidak pernah dikendalikan oleh Partai Komunis China yang berkuasa, pihak berwenang di China bersikeras mengklaim bahwa pulau yang demokratis dan memiliki pemerintahan sendiri itu adalah bagian integral dari wilayah mereka.

Bahkan Xi pun secara tegas akan menggunakan kekuatan militer untuk merebut Taiwan, jika langkah itu diperlukan.

Terlepas dari ketidaksetujuan pemerintah China, hubungan antara AS dan Taiwan semakin dekat di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Pada Agustus lalu, Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar menjadi pejabat AS tingkat tertinggi yang mengunjungi Taiwan dalam beberapa dekade, saat ia melakukan perjalanan ke pulau itu untuk membahas pandemi.

Menanggapi kehadiran Azar di Taiwan, China pun marah dan meningkatkan latihan militernya di sekitar pulau itu.

Hampir 40 pesawat tempur China melintasi garis tengah antara China daratan dan Taiwan pada 18 hingga 19 September lalu.

Ini menjadi salah satu dari beberapa serangan mendadak yang disebut oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen sebagai 'ancaman kekuatan'.

Dalam pidatonya di RAND Corporation pada 16 September lalu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan bahwa China tidak mampu menandingi AS dalam hal kekuatan angkatan laut.

Ia bahkan menyebut China sebagai pengaruh yang buruk.

"(China dan Rusia) menggunakan ekonomi predator, subversi politik, dan kekuatan militer dalam upaya untuk menggeser keseimbangan kekuatan yang menguntungkan mereka, dan seringkali melalui cara mengorbankan orang lain," kata Esper.

Pada awal Oktober ini, Esper mengumumkan rencana 'Battle Force 2045', yang membutuhkan Angkatan Laut AS yang diperluas dan dimodernisasi sebanyak 500 kapal berawak dan tak berawak pada tahun 2045.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini