News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Kisah Sedih di Myanmar: Jutaan Orang Berjuang agar tidak Kelaparan

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pengunjuk rasa antikudeta melemparkan bom asap terhadap tindakan keras polisi di kota Thaketa Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021.

Kenaikan harga telah menghantam daerah terpencil, terutama di dekat perbatasan China di negara bagian Kachin, beras hampir 50 persen lebih mahal, menurut WFP.

Biaya pengangkutan hasil bumi dari peternakan ke kota-kota juga melonjak setelah diperkirakan kenaikan harga bahan bakar 30 persen sejak kudeta.

WFP memperkirakan bahwa dalam enam bulan ke depan, sebanyak 3,4 juta lebih orang akan kelaparan di Myanmar dan pihaknya bersiap untuk tiga kali lipat bantuan makanan darurat.
Program donasi makanan masyarakat akar rumput terbukti sangat diminati di Yangon, ibukota komersial Myanmar.

"Mereka senang ketika kami menyumbangkan makanan. Beberapa bahkan menangis," kata relawan May, bukan nama sebenarnya, kepada AFP.

Ni Aye, 51 tahun, mengatakan dia dan suaminya sekarang tidak memiliki penghasilan sama sekali.

"Kami berada dalam kesulitan ... Jika kondisi ini terus berlanjut kami akan kelaparan," katanya kepada AFP.

Aung Kyaw Moe, 47 tahun, sedang mempertimbangkan untuk kembali ke desa asalnya setelah pabrik Yangon, tempat dia bekerja sudah ditutup.

Dia mengatakan kepada AFP, dirinya tidak punya uang dan putus asa tentang bagaimana menghidupi keluarganya yang berjumlah sembilan orang.

"Semuanya di luar kendali kami," katanya kepada AFP. (AFP/Channel News Asia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini