"Mutasi K417N tidak sepenuhnya baru, ia muncul secara independen di beberapa garis keturunan virus," kata Francois Balloux, Direktur Institut Genetika Universitas College London (UCL).
Mutasi itu terlihat pada strain yang ditemukan di Qatar pada Maret 2020 dan ditemukan pada varian Beta, yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan musim gugur lalu, katanya kepada Science Media Center.
"Mutasi dapat berkontribusi pada menurunnya kekebalan, meskipun dampaknya pada penularan tidak jelas," tambahnya.
Semua virus bermutasi terus-menerus.
Beberapa dari perubahan itu membuat virus lebih cepat dalam menginfeksi sel atau dalam bereplikasi.
Sementara yang lain memiliki sedikit efek atau bahkan berbahaya bagi virus.
"Hingga saat ini, ada sekitar 160 jenis virus corona yang diurutkan secara global," kata Balloux.
"Ada juga varian Delta plus lainnya dengan mutasi lain," kata pemerintah India.
Mereka menambahkan, AY.1 adalah yang paling terkenal.
"Tim sedang melihat mutasi spesifik ini dan apa artinya dalam hal penularan dan keparahan. Sangat penting apa artinya ini dalam hal tindakan medis," kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia untuk Covid-19.
Sementara itu, varian Delta reguler, juga dikenal sebagai strain B.1.617.2, telah menyebar dengan cepat.
Varian ini telah dilaporkan di sejumlah negara.
"Sebanyak 40 persen hingga 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha yang pertama kali diidentifikasi di Inggris," kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC).
Baca juga: Zona Merah Covid-19 di Jawa Semakin Meluas, Melonjak 2 Kali Lipat, Varian Delta Terbanyak di Jakarta
Apakah varian Delta Plus lebih menular atau mematikan?